Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Celakalah Kamu Pemimpin Buta, Hai Orang-orang Munafik!

23 Agustus 2021   08:45 Diperbarui: 23 Agustus 2021   08:53 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan Senin 23 Agustus 2021

Mat 23:13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. 

14 (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) 

15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. 

16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. 

17 Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? 18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. 

19 Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? 

20 Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. 21 Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. 22 Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.

Renungan

Suatu hari di sebuah tempat, kata Gus Dur, ada pameran otak sedunia. Otak-otak itu diletakkan dalam aquarium dengan disertai daftar harganya. Suatu ketika datang seorang peneliti  hendak mengetahui benar-benar otak-otak yang dipamerkan itu. 

Ia heran ternyata harga otak Indonesia lebih mahal dibanding otak-otak orang  Amerika, Jerman, Inggris, dan lainnya. Kepada penjaga pameran, ia penasaran bertanya, "Mas, ini kenapa yak otak Indonesia bisa lebih mahal harganya dibanding dengan otak-otak negara maju lainnya?"  

"Betul. Otak Indonesia lebih mahal, karena otak Indonesia jarang dipakai, masih otentik". Begitu jawabnya.

Humor Gus Dur itu dapat digunakan sebagai pijakan merenungkan bacaan Injil hari ini. Yang dihadapi Yesus adalah semakin jelas siapa yang pro dan kontra pada-Nya, siapa yang menerimaya dan menolak-Nya. Di hadapan murid-murid dan orang banyak Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Pinjam humor Gus Dur, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu bagaikan berotak Indonesia, jarang memakainya.

Dalam teks Injil hari ini, sampai tiga kali Yesus menyuarakan suara kenabian-Nya, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik". 

Kritik sosial yang pedas untuk pemimpin agama dan rabi-rabi palsu. Mereka memanipulasi  firman Allah untuk kepentingan sendiri. Secara jantan dan ksatria, tanpa "tedheng aling-aling" terus terang tanpa menutup-nutupi, secara frontal kata-kata-Nya menyasar dan menampar para pemuka agama.  Yesus  bukan pengkhotbah lemah, toleran dan ramah terhadap pemuka agama yang memelintir, memutarbalikkan dan mencari pembenaran sabda Allah demi menutupi kejahatannya.

Yesus menyadari betapa luas jangkauan dampak kebinasaan yang ditimbulkan oleh kejahatan pemuka agama yang berlindung di balik firman Allah. Penggunaan kata-kata keras seperti "munafik", "pemimpin buta", "orang-orang bodoh", "orang buta" untuk menegur, terdorong oleh betapa besar kasih-Nya kepada banyak orang yang akan binasa oleh  tindakan pemuka agama dan guru-guru palsu yang dikecam-Nya.

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, "dibabtis" sebagai orang-orang munafik, pemimpin buta, orang-orang bodoh, orang buta. Mereka adalah pemuka-pemuka agama professional yang nampak religious dan saleh, tetapi sebenarnya jahat, hidup bernafas dalam lumpur kedosaan. 

Mereka menyanjung-nyanjung dan mengagungkan para pemimpin rohani masa lampau, namun tidak mengikuti totalitas semangat pelayanannya kepada Allah, Firman dan kebenaran-Nya.

Yesus mengingatkan para murid-Nya dan orang banyak agar bersikap waspada dan berhati-hati menghadapi pemuka agama dan guru-guru agama palsu, penuh dusta. 

Janganlah bersekutu dengan pemuka agama dan guru-guru palsu, karena kebinasaan yang didapatnya. Tegurlah pemuka agama dan guru-guru palsu demi kebenaran keselamatan, jangan diam dan bungkam. Dengan bersikap diam,  berarti menyetujui kejahatan dan dosa yang dilakukannya.

Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? 

Banyakkah jumlah pemuka-pemuka agama dan guru-guru agama Indonesia  yang terkena suara kenabian-Nya? Termasukkah diri ini sebagai orang munafik, pemimpin buta dan bodoh? 

Siapkah menegur para pemuka agama dan guru-guru agama palsu? Apa yang terjadi  jika kini, di sini, dalam acara siaran langsung TVRI Nasional, di hadapan jutaan  para pemuka agama dan guru-guru agama se Indonesia, dengan lantang Anda hanya mengucapkan tiga kalimat-Nya 

"Celakalah kamu, hai para pemuka agama dan guru-guru agama, hai kamu orang-orang munafik! Celakalah kamu, hai para pemuka agama dan guru-guru agama, hai kamu pemimpin buta! Celakalah kamu, hai para pemuka agama dan guru-guru agama, hai kamu orang-orang bodoh!"  

Dijamin, begitu ke luar dari gedung TVRI Nasional, Anda pasti babak belur hancur,  babak bundhas tewas diamuk massa. Hal seperti itu sudah dialami-Nya. Payah memang berhadapan dengan orang yang jarang menggunakan otaknya.

Yang mempunyai pemuka agama dan guru agama yang benar,  hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat,  jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri kebenaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun