"Betul. Otak Indonesia lebih mahal, karena otak Indonesia jarang dipakai, masih otentik". Begitu jawabnya.
Humor Gus Dur itu dapat digunakan sebagai pijakan merenungkan bacaan Injil hari ini. Yang dihadapi Yesus adalah semakin jelas siapa yang pro dan kontra pada-Nya, siapa yang menerimaya dan menolak-Nya. Di hadapan murid-murid dan orang banyak Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Pinjam humor Gus Dur, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu bagaikan berotak Indonesia, jarang memakainya.
Dalam teks Injil hari ini, sampai tiga kali Yesus menyuarakan suara kenabian-Nya, "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik".Â
Kritik sosial yang pedas untuk pemimpin agama dan rabi-rabi palsu. Mereka memanipulasi  firman Allah untuk kepentingan sendiri. Secara jantan dan ksatria, tanpa "tedheng aling-aling" terus terang tanpa menutup-nutupi, secara frontal kata-kata-Nya menyasar dan menampar para pemuka agama.  Yesus  bukan pengkhotbah lemah, toleran dan ramah terhadap pemuka agama yang memelintir, memutarbalikkan dan mencari pembenaran sabda Allah demi menutupi kejahatannya.
Yesus menyadari betapa luas jangkauan dampak kebinasaan yang ditimbulkan oleh kejahatan pemuka agama yang berlindung di balik firman Allah. Penggunaan kata-kata keras seperti "munafik", "pemimpin buta", "orang-orang bodoh", "orang buta" untuk menegur, terdorong oleh betapa besar kasih-Nya kepada banyak orang yang akan binasa oleh  tindakan pemuka agama dan guru-guru palsu yang dikecam-Nya.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, "dibabtis" sebagai orang-orang munafik, pemimpin buta, orang-orang bodoh, orang buta. Mereka adalah pemuka-pemuka agama professional yang nampak religious dan saleh, tetapi sebenarnya jahat, hidup bernafas dalam lumpur kedosaan.Â
Mereka menyanjung-nyanjung dan mengagungkan para pemimpin rohani masa lampau, namun tidak mengikuti totalitas semangat pelayanannya kepada Allah, Firman dan kebenaran-Nya.
Yesus mengingatkan para murid-Nya dan orang banyak agar bersikap waspada dan berhati-hati menghadapi pemuka agama dan guru-guru agama palsu, penuh dusta.Â
Janganlah bersekutu dengan pemuka agama dan guru-guru palsu, karena kebinasaan yang didapatnya. Tegurlah pemuka agama dan guru-guru palsu demi kebenaran keselamatan, jangan diam dan bungkam. Dengan bersikap diam, Â berarti menyetujui kejahatan dan dosa yang dilakukannya.
Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini?Â
Banyakkah jumlah pemuka-pemuka agama dan guru-guru agama Indonesia  yang terkena suara kenabian-Nya? Termasukkah diri ini sebagai orang munafik, pemimpin buta dan bodoh?Â