Salah satu perumpamaan-Nya tentang penabur. Adalah seorang penabur ke luar untuk menabur. Pada waktu menabur, sebagian benih  jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.Â
Sebagian jatuh di tanah berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya. Benih itupun segera tumbuh. Karena tidak berakar, tipis tanahnya, sesudah matahari terbit, layulah ia dan kering.Â
Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri. Â Makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, enam puluh kali lipat, tiga puluh kali lipat.
Salah satu cara memahami perumpamaan adalah memfokuskan perhatian pada yang terakhir. Sorotan pada yang terakhir dari perumpamaan penabur itu adalah sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, enam puluh kali lipat, tiga puluh kali lipat. Konteks bacaan Injil ini adalah adanya sikap penolakan terhadap Yesus. Ketika berhadapan dengan para ahli Taurat dan orang Farisi, pemuka agama Yahudi, yang menolak-Nya, Yesus menyebut mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia.Â
Di tengah-tengah penolakan terhadap-Nya, akan tetap ada benih-benih  jatuh di tanah subur, yang menghasilkan panen melimpah ruah, berkali-kali lipat. Bagaikan di tengah mayoritas Kurawa, tetap adalah Pandawa lima.Â
Di tengah rintangan dan penolakan, akan tetap ada orang-orang yang menerima-Nya. Mereka akan membatinkan kebenaran nilai-nilai Kerajaan Allah, konsisten dan konsekuen di tengah hambatan rintangan, setia bertahan dalam kesukaran, sehingga menghasilkan buah melimpah.Â
Kehadiran Yesus Sang Kerajaan Allah selalu mengundang pro dan kontra. Yang pro akan berbuah limpah. Yang kontra, akan layu lenyap dan jadi layon, mati. Fokuslah pada yang menerima-Nya, sebab panen raya akan dituai pada saat-Nya.
Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana keadaan diri? Masih adakah benih kebaikan, kebenaran, keindahan Kerajaan Allah? Tanah macam apakah, berbatu, bersemak duri ataukah tanah yang baik bagi persemaian kabar baik? Yang pro Allah, sudahkah berbuah limpah?
Yang pro, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Prodeo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H