Namun sekalipun berhadapan problem besar, akhirnya Maria berkata :" Aku ini hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut kehendaak-Mu!". Jawaban Maria ini intinya hanya satu kata "AMIN". Peng-AMIN-annya pada kehendak Allah, mengakibatkan Yesus hadir dalam rahim dan seluruh  kehidupannya.
Dengan mengandungnya Maria, Yosep juga menghadapi problem besar. Tak kalah besarnya dengan problem Maria tunangannya. Coba jika ini terjadi pada diri Anda. Sanggup dan siapkah Anda para perjaka, pemuda, Romeo mendengar pengakuan  sang kekasih bahwasanya kini sedang  mengandung anak yang bukan dari benih Anda?Â
Mendengar pengakuan Maria, Yosep tidak berteriak, tidak mempublikasi "aib dan pengkhianatan" Maria lewat medsosnya. Apa yang terjadi jika Yosep memilih berteriak, mempublikasi Maria berzina?Â
Akan mampuslah Maria bersama Yesus janin-Nya. Ternyata Yosep, pemuda bijaksana. Sebelum mengambil opsi, ia sungguh mempertimbangkan dan melibatkan Allah dalam masalahnya. Sehingga ia menemukan solusi akhir yang mesti diambilnya. Ia berkata :"AMIN!" . Yosep menerima Maria, menerima kehendak Allah, menerima Yesus.
Jadi penegasan Yesus atas pernyataan-Nya, siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku, justru sejatinya mengingatkan apa yang sudah Yosep dan Maria lakukan sepanjang hidupnya. Â Mereka sesungguhnya telah berhasil menjadi Ibu dan saudara Yesus yang sejati. Mereka telah menjadi ibu dan saudara Yesus, melakukan kehendak Allah, telah siap dan sanggup dengan resiko maksimal yaitu kematian. Yosep dan Maria teladan nyata bagaimana menjadi ibu dan saudara-Nya. Â Yesus konsisten dan konsekuen dengan kata-kata-Nya. Seluruh kehidupan-Nya mewujudkan kehendak Allah, yang dampak puncaknya disalibkan. Yesus AMIN-i-Nya!
Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana kehidupan diri? Apa yang menjadi kehendak Allah pada situasi konkret masa kini di sini? Siap dan sanggupkah menjadi ibu dan saudara Yesus pada  masa kini di sini? Banyakkah yang "mutung", patah arang, undur diri, "ngambek" tak sanggup lagi setia pada kehendak Allah, karena justru berhadapan dengan penolakan, nyinyiran, perlawanan, pengucilan, permusuhan, kekerasan yang sadis bengis mengerikan? Setiap melakukan kehendak Allah, kapan saja, di mana saja, dalam keadaan apa saja, tetap mampukah mengucap satu kata : "AMIN" ?
Yang menjadi ibu dan saudara-Nya, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, jadi berkat, pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Ibu dan saudara-saudari Yesus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H