Menjadi murid Yesus, mengikuti Yesus mesti sampai pada kualitas  mengalami Allah benar, yang nyata dan hidup, melibatkan diri dalam jatuh bangunnya  perjalanan menempuh  kehidupan keseharian. Mengikuti Yesus tidak pernah sendirian. Dengan kualitas pengalaman akan Allah yang benar dalam Yesus masihkah ada alasan untuk takut dan tidak percaya?
Apa yang dapat dipetik dari permenungan ini? Bagaimana pengalaman akan Allah? Sebagai Allah yang "sare" tidur, lalai, abai, apatis, tawar hati, tak peduli, dingin hati terhadap kehidupan? Â Ataukah sebagai Allah yang "ora sare", proaktif bertindak melibatkan diri dalam kegembiraan dan harapan, keprihatinan dan ketakutan manusia? Maukah menanggapi tawaran orang beriman untuk mengalami Allah secara pribadi dalam Yesus Naszaret?
Yang, mengalami Allah, hidup benar sebagai manusia benar dengan Allah benar yang esa, kuasa dan kasih-Nya tanpa batas. Hidup penuh syukur,  sukacita,  semangat, dan jadi berkat. Pada saat untung dan malang, suka dan duka, sehat maupun sakit.  Ini  misteri. Gusti ora sare!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H