"Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi!  Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Para murid bak mendapat obor, sentolop, lampu senter saat berada dalam gelap gulitanya jalan kekecewaaan. Semakin terbukalah hati mereka pada-Nya, diajak-Nya mampir  : "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Bagai "tumbu oleh tutup" Yesus menanggapinya. Ia masuk tinggal bersamanya.Â
Waktu Ia duduk makan  Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Saat itu terbukalah mata mereka. Mereka mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?"  Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Mendapati kesebelas murid itu. "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon.",kata mereka.
Lewat kisah di atas, orang beriman menawarkan kebenaran kehidupan. Ketika mengalami kekecewaan, jangan tinggalkan komunitas. Manakala terlanjur "mutung" tinggalkan komunitas, berdialoglah dengan Sang Liyan yang telah banyak makan asam garam pengalaman dikecewakan. Pada saat-Nya Ia akan memperlihatkan jejak-jejak campur tangan kasih-Nya.Â
Ia akan mengobarkan hati, menyalakan semangat, untuk mampu bangkit,  bangun dan kembali ke komunitas yang mengasihinya. Sehingga kasus seperti yang di tulis ini  "Pria Bikin Sayembara, Hadiah Rp 75 Juta jika Temukan Istrinya, Suami: Pulanglah, Ingat Anak Kita..." (Kompas.com - 06/04/2021), tidak perlu dan tidak akan terjadi.
Sungguh maukah mendialogkan setiap pengalaman kekecewaan dengan-Nya? Mampukah melihat jejak-Nya di jalan kekecewaan? Tidak inginkah hati ini berkobar-kobar, kembali bangkit bangun dari ambyar berkeping-kepingnya kehidupan karena kekecewaan? "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang" (Mat 12 :20) Perenang terjun ke kolam renang bukan untuk tenggelam. Perenang kolam kehidupan yang tidak tenggelam dalam kekecewaan hidup penuh syukur  sukacita  semangat, jadi berkat,  Ini  misteri. Lihat jejak-Nya aman di jalan kekecewaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H