Mohon tunggu...
B Budi Windarto
B Budi Windarto Mohon Tunggu... Guru - Pensiunan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Lahir di Klaten 24 Agustus 1955,.Tamat SD 1967.Tamat SMP1970.Tamat SPG 1973.Tamat Akademi 1977

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Sudah Selesai!", Yesus Mati dengan Gagah Perkasa!

2 April 2021   10:34 Diperbarui: 2 April 2021   10:35 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bacaan,  Jumat 2 April 2021 Yesus disalibkan dan mati  (Yohanes 19 : 16b-30)

 Kisah sengsara Yesus ( Yoh 18:1  -  19 :42).

Yoh 19:16b Mereka menerima Yesus. 17 Sambil memikul salib-Nya Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak , dalam bahasa Ibrani: Golgota 18 Dan di situ Ia disalibkan mereka dan bersama-sama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah. 19 Dan Pilatus  menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: "Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi" 20 Banyak orang Yahudi yang membaca tulisan itu, sebab tempat di mana Yesus disalibkan letaknya dekat kota dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, bahasa Latin dan bahasa Yunani. 21 Maka kata imam-imam kepala orang Yahudi kepada Pilatus: "Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi bahwa Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi." 22 Jawab Pilatus: "Apa yang kutulis, tetap tertulis." 23 Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian-Nya lalu membaginya menjadi empat bagian untuk tiap-tiap prajurit satu bagian?dan jubah-Nya juga mereka ambil. Jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. 24 Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain: "Janganlah kita membaginya menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang mendapatnya." Demikianlah hendaknya supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: "Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka dan mereka membuang undi atas jubah-Ku." Hal itu telah dilakukan prajurit-prajurit itu.25 Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena. 26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" 27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. 28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia?supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci?:"Aku haus!" 29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop  lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. 30 Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia: "Sudah selesai." Lalu Ia menundukkan kepala-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya.

Renungan

            Sejak akhir tahun 1975, sampai kini bayangan kematian gampang sekali menyelinap di benak saya. Akhir Desember 1975,  ayah meninggal mendadak.  Saat itu, kami, bersama dengan kakak adik baru saja pulang dari latihan untuk mengisi acara perayaan Natal 75 dan Tahun Baru 76. Baru 10 menitan di rumah, datang tamu  mengabarkan bahwa ayah masuk angin dan kini dirawat  di rumah sakit. Ibu saya dihantar kakak ipar langsung pergi ke rumah sakit. Ketika kakak ipar pulang sampai di halaman rumah langsung berteriak : "Bapak sedaaaa!". Mendengar teriakan itu, kami semua, anak menantu dan cucu sekitar 16 orang, menyambutnya dengan tangis sejadi-jadinya, mengelepar-gelepar di lantai -- bagai ikan bawal dilempar ke daratan -- sambil berteriak-teriak : "Bapaaakkkkk....bapaaaaakkkkkk... bapaaaakkkkkk...". Sedih, menggelayuti hati.  Saya tak berayah lagi. Tidak siap ditinggal mati. Rupanya ayah tahu kesedihan hati anaknya. Pada hari ketujuh, ayah mendatangi saya dalam mimpi, Ayah bilang :"Aja susah kelangan bapakmu, Susaha yen kelangan Gusti Allahmu!" Jangan bersedih ketika kehilangan bapak. Bersedihlah ketika kehilanganTuhan Allah. Wauw nasihat dahsyat.  Kini yang lebih penting kiranya jawaban bagaimana  menyambut panggilan Tuhan, kematian diri sendiri. Kapan siap mati?

Sebelumnya perlu dikethaui kutipan bacaan di atas hanyalah sebagian saja, 15 ayat. Lengkapnya bacaan Injil hari ini mulai dari Yohanes 18 :1 -- Yoh 19: 42, seluruhnya berjumah 82 ayat. Terkait kematian, lazimnya orang tidak menghendaki saat kini terjadinya. Mati ya mati tapi jangan sekarang..Tunggu kalau sudah nikah, punya rumah, ada anak, cucu, sampai lanjut  usia, nah barulah mati. Namun kenyataan menunjukkan hal yang beda.Tidak selalu sesuai dengan keinginan manusia. Maka kapan dikatakan siap mati? Jawabannya ketika berada dalam posisi memenuhi janji babtis yang pernah diucapkannya. Sebelum pelaksanaan babtis, kepada calon babtis Imam mengajukan  tiga pertanyaan : Apakah Saudara menolak kejahatan dalam diri saudara sendiri dan dalam masyarakat? Apakah Saudara menolak godaan-godaan setan dalambentuk takhayul, perjudian dan hiburan yang tidak sehat? Apakah Saudara menolak segala tindakan dan kebiasaan tidak adil dan tidak jujur yang melanggar hak-hak asasi manusia? Di hadapan umat yang hadir,mereka menjawab setiap pertanyaan itu "Ya, saya menolak!" Jika hari ini, di sini,  hidup para baptisan berada pada posisi konsisten dan konsekuen dengan janji babtis, mereka berada pada kiblat hidup yang benar yaitu kebaikan, Tuhan Allah Sang Kebaikan sendiri. Mereka berada posisi siap mati Berada pada posisi bersama dan menyatu dengan Allah. Posisi itulah yang dialami Yesussaat kematian di salibkan. Di salib, kasih Allah kepada manusia  memuncak, bertemu dengan puncak kebengisan manusia kepada sesamanya. Di salib, dipuncak kasih-Nya Yesus berkata ":Sudah selesai" Tuntas, habis-habisan sudah kasih-Nya. Di kayu salib, Yesus mati dengan gagah perkasa! Di kayu salib Yesus memenangkan pertarungan eksistensial. Ironis, bagi orang Yahudi salib adalah batu sandungan, bagi orang Yunani merupakan kebodohan, bagi yang tidak memahami salib ada jin kafirnya, bagi orang beriman salib adalah kekuatan dan kemenangan Allah.

Siapkah mati sekarang ini? Dapatkah pada saat kematian diri juga berkata :"Sudah selesai"? Maukah menyambut kematian dengan sukacita? "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya" (Yoh 15:13) Kematian yang menakutkan banyak orang, bagi orang beriman tidak pernah menghilangkan nada dasar hidupnya, hidup penuh syukur  sukacita  semangat, jadi berkat,  Ini  misteri. Mati dengan gagah, sukacita!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun