Mereka merasa masih beruntung berulangkali berzinah, punya chat mesum, hobi membuka situs porno, suka main perempuan, tapi sampai kini belum konangan, terbongkar atau ketahuan aibnya. Mereka diam-diam pergi, seperti anggota  DPR partai dakwah yang rajin sweeping tempat maksiat, konangan sedang menyimak video porno di androidnya, diam-diam menyembunyikan diri saat didatangi wartawan minta klarifikasi.  Mereka pergi pelan-pelan mulai dari yang tertua, yang paling banyak makan garam kebejatan seksual, yang paling merasa terancam bakal terkuaknya kebusukan hidupnya jika tetap berhadapan muka dengan-Nya.Â
Si senior mundur dengan hina, maka si medior dan yunior akan mengikutinya. Perempuan itu tidak tahu apa yang akan menimpa dirinya. Yesus yang tidak berdosa, mungkin akan melemparkan batu yang pertama. Namun itu tidak Ia lakukan. "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." ,Pendosa telah diselamatkan bukan dibinasakan, perlulah diingatkan untuk melipatgandakan kewaspadaannya untuk pergi tidak berbuat dosa lagi. Ia jadi solusi sejati
Waraskah pemuka agama dengan penuh semangat berapi-api orasi lewat "TOA"  menghasut massa mengutuk dan menuntut menghukum kejahatan orang lain sementara dia sendiri melakukan kejahatan yang sama?  Sudahkah pemuka agama mendahulukan tabayun  jalan kasih, murah hati dan lemah lembut, yang didasari  pertimbangan dan kesadaran diri sendiri sebagai yang tidak sempurna, retak dan rusak?Â
Tidak mampukah bersimpati empati menggunakan sudut pandang pribadi pendosa begitu rapuh jatuh bangun gagal ke luar darilingkaran setan kedosannya? "Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih, Suci lahir dan dalam batin. Tengoklah ke dalam sebelum bicara. Singkirkan debu yang masih melekat...!" Seluruh jemaah yang datang mendengarkan-Nya di Bait Allah mendapat warta sukacita :.Allah Yang Rahim, Yang Rahman sedang menampakkan diri dalam manusia Yesus yang berhadapan dengan perempuan bersinah. Bangga punya Allah yang demikian jadikan hidup penuh syukur  sukacita  semangat, jadi berkat,  Ini misteri. Tengok ke dalam sebelum bicara!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H