Mohon tunggu...
Budi Brahmantyo
Budi Brahmantyo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Aktivis geotrek; koordinator KRCB (Kelompok Riset Cekungan Bandung)'penulis buku "Geologi Cekungan Bandung" (Penerbit ITB, 2005), "Wisata Bumi Cekungan Bandung" (Trudee, 2009) dan "Geowisata Bali Nusa Tenggara" (Badan Geologi, 2014), dan "Sketsa Geologi" (Penerbit ITB, 2016)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Beutitunggul: Teka-Teki Toponim Bukittunggul

9 Juli 2015   14:51 Diperbarui: 9 Juli 2015   15:01 2069
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukittunggul boleh dikatakan gunung tertinggi di utara Bandung. Lereng selatannya adalah tempat munculnya mata air hulu Ci Kapundung, sungai yang kemudian mengalir menyusuri lembah Sesar Lembang, menerobos di Maribaya, dan memotong Kota Bandung, hingga bermuara di Ci Tarum. Mendaki G. Bukittunggul dapat dilakukan mulai dari Patrol di tepi jalan Lembang – Ujungberung, naik ke arah perbukitan hutan pinus. Memasuki kawasan hutan, lereng sangat terjal sampai akhirnya menemukan dataran di puncak G. Bukittunggul.

Di bagian puncak G. Bukittunggul, kita akan menemukan suatu undak-undakan tetapi berupa kolam, sehingga disebut Babalongan (balong = kolam). Terdapat tiga undakan kolam yang memanjang mengarah ke G. Tangkubanparahu. Hal yang sama pada gunung di seberangnya, G. Palasari, terdapat punden berundak tiga juga. Di sini seperti undak/teras pada umumnya, dan tidak berbentuk kolam.  Orientasinya juga mengarah ke G. Tangkubanparahu.

Jadi walaupun sekarang kita terlanjur menggunakan nama Gunung Bukittunggul, tapi terungkap sudah bahwa nama asalnya adalah Gunung Beutitunggul. Rasanya kita harus bersyukur dengan adanya catatan Van der Pijl itu. Dankzij van der Pijl. *** 

[caption caption="punden berundak di puncak G. Palasari (2011)"]

[/caption]

[caption caption="Semua nama berubah menjadi Bukit Unggul :( perisakan (bullying) namanya "]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun