Lantas bagaimana potensi gerakan mahasiswa?
Potensi subversif untuk selalu mempertanyakan dan menguntuk. Hingga akhirnya pemberontakan, aksi, dan menyerang. Mahasiswa harus kembali untuk mendalami budaya yang lemah namun kuat untuk membentuk potensi daya kritis mahasiswa. Budaya itu adalah baca dan menulis.
Soekarno, Pramoedya adalah tokoh besar yang lahir dari proses budaya membaca dan menulis. Bahwa budaya literasi kita semakin hari semakin lemah. Serta budaya diskusi yang dulu menjadi ciri khas dari mahasiswa kian pudar. Sehingga kini kita lahir di zaman yang semakin modern. Dipacu untuk berpikir cepat, namun sayang kecepatan berpikir tersebut mendangkalkan pikiran kita.
Perlu adanya sebuah gagasan yang baru. Keberanian dan melihat keadaan yang ada. Gerakan mahasiswa selalu ada tiap zamannya. Zaman sekarang dan dulu memiliki perbedaan yang jauh. Tugas kita, kami, dan semuanya untuk terus bergerak dan memahami apa yang tengah terjadi. Melakukan pengamatan serta membaca. Membaca situasi lalu menuliskan dan mencari format gerakan baru untuk mencapai sebuah tujuan.
Buku ini adalah kritik dan peringatan bagi kita mahasiswa yang sedang belajar katanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI