Mohon tunggu...
Bingar Bimantara
Bingar Bimantara Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Mager

Seorang anak petani yang sekarang berjuang menjadi sarjana. Sering patah hati namun tak pernah putus harapan. Berusaha menyibukkan diri agar tidak luntang-lantung di kos.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sabun Colek untuk Calon Mertua

30 Desember 2018   09:52 Diperbarui: 30 Desember 2018   10:19 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : caitscozycorner.com

Awal cerita datang ketika sedang asik chating dengan salah satu teman kuliah. Lewat obrolan yang seru ia pamerkan pacar yang sedang asik makan di rumahnya. Ia berkata ini bentuk action pendekatan pacarnya kepada orangtuanya (calon mertua). 

Lantas ia balik dan justru pertanyakan hal ini kepadaku dengan nada tanpa dosa. "Kapan kamu bisa kayak gitu kepacarmu?" pikirku dengan mengerutkan dahi. Seperti nada ejekan, sakit namun tidak berdarah. Aku diam dan berdoa semoga ia cepat putus (berdoa didalam hati). Sebagai netizen yang baik itu tidak membuat cepat kesal. Lagi pula dia teman baik bila tidak sudah kulayangkan sepatu kuda  kearahnya.

Kondisi tersebut tidak membuatku tersudut. Aku membalas dengan menyakinkan. "Aku langsung datang saat aku akan melamar pacarku" jawabku dengan nada kebanggaan. Penegasan ini membuatku merasa diatas angin. 

Lantas ia mempertanyakan sesuatu. "Calon mertuamu bisa kaget bila kamu langsung datang wkwkwk, kamu atur kondisinya dulu" ini membuat dahiku berkerut kembali. Percakapan tersebut berakhir dan membuatku untuk berfikir dan bertanya dalam hati. Kenapa pacaran harus seperti ini ? hiaaaaa.

Lantas seketika membuat malam ini hening hanya terdiam dan memikirkan seseorang: calon mertua. Sedang apa dia, sudah makankah dia? Lalu bagaimana aku harus merenggut hatinya seperti aku merenggut hati putrinya cieeee. 

Aku memikirkan tentang calon mertua galak. Galak atau tidak aku belum mamastikan. Menduga jangan-jangan ia tidak merestuiku. Pikiranku semakin  kacau ketika aku teringat dengan sinetron-sinetron lawas. Ketika bercerita beda kelas si kaya dan si miskin yang logika saling mencintai tidak bisa dirasionalkan.

Mertua sebuah spesies yang lebih besar, lalu melahirkan sekaligus yang membesar kan spesies yang kita sukai. Sifat dan tingkahnya tidak bisa disamaratakan. Satu sama lainnya memiliki karakteristik yang berbeda pula. Jadi Selayaknya harus berhati-hati dalam memilih mertua hehehe. Memilih mertua atau anaknya dulu? Sak karepmu le (Terserah kamu nak)

Seketika aku menggigit jari tanganku dan menyadari ini bukan mimpi. Kembali bayangan calon mertua yang kini hadir lebih nyata. Aku membayangkan ia berkumis tebal dengan peci hitam sedikit miring bermuka ganas. 

Libur semester ini kita LDR ceritanya. Ini membuat jarak antara aku dan dia ehemm. Sesekali memang belum pernah untuk datang kerumahnya. Bukan tidak berani karena pernah di ultimatum untuk tidak datang terlebih dahulu. Alasannya juga rasional karena belum Idul Fitri. Akupun mengiyakan hal itu. Mungkin sesekali perlu aku datang dan basa-basi dengan orang tuanya. 

Rencana untuk datang kerumahnya sempat terlintas. Wacana ini sempat hilang dalam gelap. Selain memang waktu yang tidak ada, karena memang liburan digunakan waktunya untuk pulang. Ketika aku akan datang aku perlu membawa apa? Atau aku harus mempersiapkan diri untuk menghadapi calon mertua.

Ketika otak semakin buntu dan pikiran kemana-mana aku temukan sebuah ide gila. Ide untuk menyamar diri menjadi sales. Lebih tepatnya sales sabun cuci piring. Kenapa harus menjadi sales tentu ada alasannya. Sales dinilai profesi yang familiar di kalangan ibu-ibu. Gerak lincah dalam bersilat lidah tidak kalah dengan pengacara kondang Ibukota.

Kendati demikian haruslah berhati-hati dengan ide gila ini. Aku membayangkan datang dan mengetuk pintu. Lantas dibukalah pintu. Sekalian aku aku menyamar dan pdkt lewat profesi sales sabun colek. Mulai pdkt dengan ibu doi menawarkan  produk sabun colek yang mampu bersihkan 1000 piring dalam sekali colek. Tenang ini hanya bayangan saja.

Suata saat yang akan datang....

Hingga suatu hari saat aku benar-benar datang. Tanpa basa-basi aku langsung menyodorkan hadiah ku kepada Ibu calon mertua. "Apa ini nak repot-repot saja?" sambil tersenyum manis kepadaku. Aku harap senyum ini pertanda baik. 

Lantas dengan ekspresi cengar-cengir aku menerangkan apa yang aku bawa. "Ini sabun colek bu, bisa membersihkan 1000 piring dalam sekali colek hehehe" ucapku kepadanya. Ibu calon mertua ku berfikir keras dan mengerutkan dahi seakan mempertanyakan ada apa dengan diriku. Ia menatapku aneh dan memeriksa wajahku dan ia tidak menjumpai hal janggal pada diriku.

"kamu kesurupan apa nak?" tanyanya heran. Pertanyaan itu membuatku berakhir di gentong gerabah dan harus  dimandikan kembang tujuh rupa untuk mengusir roh jahat ditubuh yang telah dituduhkan dan yang dicurigai masuk kedalam tubuhku. Mertua aneh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun