Kini..
Senyum tipis yang tak lagi engkau pedulikan.
Engkau sibuk mencari solusi untuk masalah yang sedang menggerogotimu.
Kapan hadiah kecil kau siapkan untuk jiwamu yang letih; badanmu yang penat dengan kejamnya cara dunia mendidikmu.
Dunia ini kejam pada seorang anak yang lugu dan polos.
Memaksa memahami keadaan; memahami makhluk yang sering acuh tak acuh.
Orang tersayangku perlahan berjalan tak kembali.
Rencanaku yang telah tersusun rapi, berantakan; porak-poranda.
Baru saja kemarin, masalah kunci motorku yang hilang, di temukan.
Kini otakku stagnan mengatasi penaku yang macet. Padahal aku di tekan untuk menanda tangani permohonan menyerah pada keadaan.
Penghargaan terbesar untuk dirimu yang berjalan sekuat ini, padahal sebenarnya engkau rapuh.
Penghargaan terbesar untuk dirimu yang menangis diam-diam; bersandiwara sedang baik-baik saja.
Penghargaan terbesar untuk dirimu yang di hina; karena kegagalan yang kamu alami. Padahal perjuanganmu tak terhingga
Penghargaan terbesar untuk dirimu adalah tetap tersenyum, tetaplah kuat, tetaplah hadapi tantangan yang tak berkesudahan.
Percayalah kamu akan baik-baik saja.
Seperti kaktus yang tetap tumbuh sendirian di tanah yang gersang; di tengah panasnya Gurun pasir.
Dan tetap berbunga memberikan keindahan
Padang, 21 Maret 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H