Mohon tunggu...
Bayu AjiWicaksono
Bayu AjiWicaksono Mohon Tunggu... Politisi - mahasiswa

saya merupakan seorang mahasiswa aktif semester 3 yang sedang menempuh program studi S1 Hukum di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Reprisal dan Retorsi: Memahami Tindakan Balasan dalam Hukum Internasional

19 November 2024   09:01 Diperbarui: 19 November 2024   09:48 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan contoh retorsi dapat dilihat dalam pemutusan hubungan diplomatik sebagai respons terhadap tindakan tidak bersahabat. Misalnya, jika negara X merasa bahwa negara Y telah melakukan campur tangan dalam urusan dalam negeri, negara X dapat memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Y. Tindakan ini tidak melanggar hukum internasional, tetapi tetap menunjukkan ketidaksenangan negara X terhadap perilaku negara Y.

 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa Reprisal dan retorsi merupakan dua alat penting dalam diplomasi dan hukum internasional yang memungkinkan negara untuk merespon tindakan tidak bersahabat atau pelanggaran yang dilakukan oleh negara lain. Memahami perbedaan antara keduanya sangat krusial, karena masing-masing memiliki legitimasi, syarat, dan implikasi yang berbeda dalam konteks hubungan antarnegara. Reprisal, sebagai tindakan balasan yang sah terhadap pelanggaran hukum internasional, memberikan ruang bagi negara untuk menanggapi dengan cara yang proporsional. Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan reprisal harus dilakukan dengan hati-hati, karena tindakan yang dianggap tidak proporsional dapat dengan cepat beralih menjadi agresi yang melanggar hukum internasional. Oleh karena itu, negara harus mempertimbangkan dampak dari setiap tindakan yang diambil, baik terhadap hubungan bilateral maupun stabilitas regional.

Di sisi lain, retorsi menawarkan cara yang lebih diplomatis untuk mengekspresikan ketidakpuasan. Tindakan ini tidak memerlukan pelanggaran hukum sebelumnya, tetapi tetap harus dikelola dengan bijaksana untuk menghindari eskalasi ketegangan. Retorsi yang berlebihan dapat memperburuk hubungan antarnegara dan menciptakan suasana konflik yang tidak diperlukan. Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terhubung, penting bagi negara-negara untuk memiliki kebijakan yang jelas dan terukur terkait penggunaan reprisal dan retorsi. Hal ini tidak hanya melindungi kepentingan nasional, tetapi juga berkontribusi pada tatanan internasional yang lebih damai dan adil.

Kedepannya negara-negara perlu memperkuat dialog dan kerja sama internasional untuk menyelesaikan sengketa dan mencegah pelanggaran hukum internasional. Dengan cara ini, tindakan balasan dalam bentuk reprisal dan retorsi dapat digunakan secara efektif tanpa mengorbankan prinsip-prinsip keadilan dan perdamaian. Menciptakan mekanisme penyelesaian sengketa yang lebih baik akan membantu mencegah konflik dan mendorong stabilitas global, sehingga menjadikan dunia tempat yang lebih aman dan harmonis bagi semua negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun