Mohon tunggu...
Bayu Yanuar Wijaya
Bayu Yanuar Wijaya Mohon Tunggu... -

"Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah"

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kebiadaban di Tanah Palestina

18 Juli 2014   09:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lihatlah armada -armada yang pegang senjata

Tanpa malu ia berondong semuanya

Dengan keganasannya ia musnahkan saudara kita

Dengan kekejamannya ia acuhkan sanubari yang terlelap di ujung jalan

Lalu mereka yang tertidur untuk selamanya

Menjajakan mimpinya di surga

Bersama kekalahan akibat perang

Bersama nafsu pengusa yang garang

Lihatlah jemari-jemari yang mengepal dibarisan paling depan

Berseru dalam sepi

Mengadu pada ilahi

Merebut janji Tuhan yang ia yakini

Lalu mereka berdiri dan menyerukan kata jihad

Teriak tangis terdengar dari simpang jalan

Jerit bayi yang ditinggal ibunya

Jerit sang janda karena kehilangan suaminya

Sahabat-sahabat yang berjuang dengan air mata

Dalam keheningan malam Palestina

Dalam tabir kepalsuan pemberontak

Yang tak lagi  berotak

Tanah Palestina adalah surga

Yang tertutup oleh dosa-dosa

Sementara burung nazar siap mencabik

Jazad bayi dengan usus yang terorak-arik

Akankah keadilan menjadi pertanyaan

Ditiap insan-insan yang beriman

Sementara kita hanya bernyanyi dalam sepi

Seraya memangku do'a untuk mereka yang mati

Kulihat darah menjadi lukisan didinding

Kucium bau amis disetiap pojok jalan

Kulihat lagi lengan-lengan yang terurai

Dan tak lagi mengepal dibarisan paling depan

Gaza pun berdarah

Dengan jeritan bayi sebagai penghiasnya

Dan lamunan esok

Yang tak lagi indah

Mereka yang terkapar di jalan Tuhan

Tak pernah berakhir dengan senyuman

Karena tetap menghantarkan kekhawatiran

Yang tetap hadir menghantui di setiap lamunan

Kekhawatiran akan tanah yang terebut

Kekhawatiran akan jiwa yang terrenggut

Luka dan noda

Dosa dan do'a yang tetap terpancar untuk mereka

Sebutir peluru yang tertembus di dada

Saksi kebiadaban dan kekejaman

Puing bangunan yang mereka hancurkan

Adalah mimpi buruk di malam ini

Palestina....

Surga yang ternoda

Surga yang berselimut dosa

Surga yang tertutup kebencian manusia

Akankah semua ini hanya sebatas cerita

Yang tertuang dalam buku sejarah

Sementara kita hanya sibuk membacanya, mendengarnya dan meresapinya

Tanpa kata, tanpa nada keberanian untuk melawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun