Lihatlah armada -armada yang pegang senjata
Tanpa malu ia berondong semuanya
Dengan keganasannya ia musnahkan saudara kita
Dengan kekejamannya ia acuhkan sanubari yang terlelap di ujung jalan
Lalu mereka yang tertidur untuk selamanya
Menjajakan mimpinya di surga
Bersama kekalahan akibat perang
Bersama nafsu pengusa yang garang
Lihatlah jemari-jemari yang mengepal dibarisan paling depan
Berseru dalam sepi
Mengadu pada ilahi
Merebut janji Tuhan yang ia yakini
Lalu mereka berdiri dan menyerukan kata jihad
Teriak tangis terdengar dari simpang jalan
Jerit bayi yang ditinggal ibunya
Jerit sang janda karena kehilangan suaminya
Sahabat-sahabat yang berjuang dengan air mata
Dalam keheningan malam Palestina
Dalam tabir kepalsuan pemberontak
Yang tak lagi berotak
Tanah Palestina adalah surga
Yang tertutup oleh dosa-dosa
Sementara burung nazar siap mencabik
Jazad bayi dengan usus yang terorak-arik
Akankah keadilan menjadi pertanyaan
Ditiap insan-insan yang beriman
Sementara kita hanya bernyanyi dalam sepi
Seraya memangku do'a untuk mereka yang mati
Kulihat darah menjadi lukisan didinding
Kucium bau amis disetiap pojok jalan
Kulihat lagi lengan-lengan yang terurai
Dan tak lagi mengepal dibarisan paling depan
Gaza pun berdarah
Dengan jeritan bayi sebagai penghiasnya
Dan lamunan esok
Yang tak lagi indah
Mereka yang terkapar di jalan Tuhan
Tak pernah berakhir dengan senyuman
Karena tetap menghantarkan kekhawatiran
Yang tetap hadir menghantui di setiap lamunan
Kekhawatiran akan tanah yang terebut
Kekhawatiran akan jiwa yang terrenggut
Luka dan noda
Dosa dan do'a yang tetap terpancar untuk mereka
Sebutir peluru yang tertembus di dada
Saksi kebiadaban dan kekejaman
Puing bangunan yang mereka hancurkan
Adalah mimpi buruk di malam ini
Palestina....
Surga yang ternoda
Surga yang berselimut dosa
Surga yang tertutup kebencian manusia
Akankah semua ini hanya sebatas cerita
Yang tertuang dalam buku sejarah
Sementara kita hanya sibuk membacanya, mendengarnya dan meresapinya
Tanpa kata, tanpa nada keberanian untuk melawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H