Mohon tunggu...
Bayu Wira Pratama
Bayu Wira Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah seseorang yang terus mencari identitas dan belajar untuk terus belajar. Sangat menghargai pengetahuan, apalagi ketidaktahuan.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Puasa Bukan Halangan Mencatatkan Sejarah

23 Maret 2023   21:29 Diperbarui: 23 Maret 2023   21:33 783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Gembira dengan datangnya bulan Ramadhan termasuk amal saleh yang datangnya dari hati" -Habib Salim bin Abdullah Asy-Syathiri

Bergembiralah! Pujilah Dia yang layak atas seluruh pujian! Keberuntungan apa lagi yang begitu istimewa selain dapat berjumpa kembali dengan bulan Ramadhan?

Bulan Ramadhan identik dengan berpuasa. Tapi, bukan sesederhana menahan lapar dan haus. Lebih dari itu, berpuasa adalah menahan diri dari hawa nafsu dan apa pun yang menjauhkan diri dari Allah. Apalah arti puasa jika masih mudah naik pitam? Apalah arti lapar seharian penuh tapi masih senang mengadu domba di media sosial? Hal ini diringkas dengan baik oleh Jalaluddin Rakhmat, "Alangkah sedikitnya yang puasa, alangkah banyaknya yang lapar."

Situasinya sama saja sejak masa Rasulullah. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Ketika kita membolak-balik memori umat (yaitu sejarah) ditemukan berbagai catatan gemilang yang dilalui umat Islam di bulan Ramadhan. Seolah-olah lapar dan haus tak lagi terbesit dalam hati dan pikiran, hawa nafsu pun telah dikontrol agar tidak meletup. Mereka menaklukan wilayah baru, membangun universitas dan masjid tertua di dunia, para ibu yang melahirkan figur-figur penting yang membawa perubahan bagi umat.

Masih terbuai oleh kenangan cahaya keilmuan di Andalusia? Ya, panglima pertama yang menjejakkan kaki menyeberang dari Maroko menuju Spanyol adalah Tharif bin Malik pada 1 Ramadhan 91 H. Ekspedisinya menjadi pemicu semangat dua panglima lainnya, yaitu Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair untuk memberikan perhatian dan merencanakan penaklukan Andalusia.

Pada 4 Ramadhan 927 H, Sultan Sulaiman Al-Qanuni dari Kesultanan Utsmani menaklukan Beograd (kini ibukota Serbia). Penaklukan yang dilakukan cicit Sultan Muhammad Al-Fatih ini membuka jalan baginya melakukan ekspedisi lebih jauh ke Eropa Timur.

Hal serupa juga dilakukan Turgut Reis, panglima AL Kesultanan Utsmani. Ia memimpin penaklukan Pulau Corsica dan kota Catania, Italia, pada 7 Ramadhan 960 H. 7.000 tawanan muslim di sana berhasil dibebaskan.

Dan masih banyak lagi penaklukan-penaklukan dan peperangan yang gemilang, sebut saja penaklukan kembali Antiokhia dari pasukan Salib oleh Sultan Ruknuddin Baybars dari Kesultanan Mamluk, Perang Zallaqah yang dimenangkan pasukan muslim pimpinan Yusuf bin Tasyfin dari Kerajaan Murabithun melawan Kerajaan Kastilia pimpinan Alphonse VI (kemenangan ini menunda kejatuhan Andalusia dari gelombang Reconquista).

Perang Ain Jalut yang dimenangkan Kesultanan Mamluk pimpinan Saifuddin Quthuz atas pasukan Dinasti Mongol pimpinan Kitbuqa, Perang Guadalete yang dimenangkan Thariq bin Ziyad atas Kerajaan Hispania pimpinan Raja Roderikus, hingga Perang Hittin yang menjadi penentu penaklukan kembali Yerusalem oleh Shalahuddin Al-Ayyubi atas pasukan Salib.

Di bulan mulia ini Syekh Hasanain Muhammad Makhluf, seorang yang kelak menjadi mufti Mesir dilahirkan. Di bulan mulia ini pula Abdurrahman An-Nashir, seorang yang kelak menjadi khalifah terbaik di dunia Islam Barat dilahirkan.

Masjid-masjid tertua dan bersejarah mulai dibangun di bulan ini, sebut saja Masjid Amr bin Ash di Mesir dan Masjid Al-Qairuwan di Tunisia. Pun demikian dengan salah satu universitas tertua di dunia, yaitu Universitas Zaitunah yang kelak melahirkan alumni sekaliber Ibnu Khaldun.

Namun, di antara sekian banyak catatan sejarah gemilang umat Islam tersebut, satu peristiwa paling agung dan sarat hikmah adalah Perang Badar Al-Kubra yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 H. Bukti bahwa kuantitas bukan tolak ukur pasti dalam jalannya peperangan. Pertolongan Allah itu nyata, dan cahaya kebenaran tak akan mudah dipadamkan. Dengan indah disampaikan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki dalam salah satu kajiannya di Masjidil Haram dahulu, "Segala macam kemenangan, kegemilangan, prestasi umat Islam yang penuh berkah, semua keberkahannya kembali kepada kemuliaan di hari itu, yakni hari kemenangan umat Islam di Perang Badar."

Semua peristiwa itu terjadi ketika waktu berpuasa. Subjek-subjek yang melaksanakannya dalam kondisi menahan hawa nafsu. Bagi mereka, puasa bukanlah halangan, tapi suatu kekuatan tambahan. Hal ini yang menyebabkan mereka merencanakan penaklukan, membangun peradaban, dengan penuh penghayatan, akal pikiran yang jernih, dan visioner. Semua peristiwa tersebut hanya akan menjadi catatan kelam dalam memori umat andaikata mereka melaksanakannya ditumpangi hawa nafsu belaka. Tak ada kesabaran, tak ada keterikatan dengan Allah.

Lalu, bagaimana dengan kita? Tak perlu merasa insecure dengan capaian generasi terdahulu. Tantangan-tantangan dan peluang-peluang masa lalu dan masa kini berbeda. Kita juga bisa menaklukan. Kita juga bisa membangun. Silahkan ekspos keahlianmu, minat dan bakatmu, diniatkan untuk manfaat bagi umat Islam pada khususnya, dan umat manusia pada umumnya.

Salah satu yang paling kentara adalah menaklukan hawa nafsu dan fanatik mazhab dan membangun ruang publik dimana sesama muslim, entah apa pun pandangannya, perbedaan pendapat di dalamnya, tidak menghalangi mereka untuk duduk bersama, melakukan kebaikan bersama, dan tidak memaksakan pendapat kepada sesama.

Untuk menuju angka 10, bisa melewati 2+5, 3+7, 2+8, 1+9, 5+5, 6+4, 10+0. Marilah di momen Ramadhan ini, begitu pula seterusnya, sudah sepantasnya sesama muslim, sesama orang yang mengimani Allah Tuhan Yang Maha Esa dan Rasulullah Muhammad Saw. sebagai utusan-Nya, tidak membuat risih dan mencelakakan yang lainnya.

Betapa indahnya tulisan ini ditutup dengan kalam Habib Ali Al-Jufri yang dikutip dari Kemanusiaan Sebelum Keberagamaan, bahwa "mereka yang setuju denganmu adalah saudara-saudaramu, pun mereka yang tidak setuju denganmu juga adalah saudara-saudaramu."

Selamat menjalankan ibadah puasa dengan akal dan hati yang jernih.

Rujukan:

1. Al-Baghdady, Abdurrahman. Peristiwa-Peristiwa Penting di Bulan Ramadhan. Jakarta: Cakrawala Publishing, 2012.

2. Al-Jufri, Habib Ali. Kemanusiaan Sebelum Keberagamaan. Jakarta: Penerbit Noura Books, 2020.

3. Telegram @Ahmed_Bafagih

4. Video Ceramah Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki di Masjidil Haram (tahun rekaman tak diketahui dengan pasti)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun