Mohon tunggu...
Bayu Wira Pratama
Bayu Wira Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya

Saya adalah seseorang yang terus mencari identitas dan belajar untuk terus belajar. Sangat menghargai pengetahuan, apalagi ketidaktahuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hidup di Masa Ambyar ala Imam Hanafi (2)

20 Desember 2022   11:49 Diperbarui: 20 Desember 2022   12:12 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tak mengenal Abu Hanifah alias Imam Hanafi? Seorang imam mazhab yang memiliki intelektualitas tinggi dan teguh memegang ajaran-ajaran generasi emas umat Islam.

Abu Hanifah layak dijadikan teladan dalam menjalani kehidupan, terlebih lagi di masa ambyar seperti saat ini. Setelah kita membacanya dan memahaminya, kita menyadari bahwa kondisi sosial dan situasi zaman pada masa Abu Hanifah hidup tidak jauh berbeda dengan masa kini, dengan satu kata yang menyamakan keduanya: "ambyar."

Di bagian pertama, kita telah mengetahui beberapa peri hidup Abu Hanifah dalam menjalani kehidupan ambyarnya, mulai dari tidak membeda-bedakan orang berdasarkan ras atau bangsanya, memberikan porsi yang seimbang antara dunia dan akhirat (berdagang ya, belajar agama dan beribadah ya), melakukan diskusi ilmiah secara sehat tanpa ada kata-kata kasar yang terucap atau merasa paling benar, dan lain sebagainya.

Di bagian kedua kali ini, masih terdapat beberapa lagi peri hidup sang imam yang layak dijadikan teladan bagi kita.

7. Agama itu jangan dibuat-buat mudah, jangan pula dibuat-buat susah

Dalam beberapa fatwanya, Abu Hanifah mengemukakan fatwanya dengan semudah-mudahnya tapi tetap berbobot. Agama itu bukanlah beban bagi manusia, melainkan sebuah karunia dari Allah. Di antara fatwanya adalah keraguan tak akan menghapus keyakinan. Ambil contoh seseorang yang sudah memiliki wudhu, lalu ragu bahwa dirinya sudah terkena hadas, maka ia tidak batal, karena keraguan tidak membatalkan keyakinan.

Abu Hanifah juga mengemukakan bahwa selama seseorang masih beriman kepada Allah dan rasul-Nya, tidak boleh dianggap kafir (suatu hal yang banyak terjadi di zamannya, dan masih terus terjadi hingga saat ini!).

8. Jangan pernah merasa tidak butuh belajar lagi

Ilmu itu luas, padahal itu baru ilmu makhluk. Lantas bagaimana dengan ilmu Allah? Bak lautan tak bertepi. Ibarat umat manusia hanya dapat mengambil segelas saja dari lautan tak bertepi itu. Maka, untuk apa kita merasa sombong atas ilmu yang dimiliki? Bukankah setinggi-tingginya ilmu seseorang, tetap akan ada ilmu yang belum dan tak mampu dipelajarinya? Masing-masing orang telah diberikan minat dan bakatnya masing-masing. Ada yang ahli di bidang pertanian, ada yang ahli di bidang hukum, ada yang ahli di bidang kelautan, ada yang ahli di bidang agama, dan lain sebagainya.

Ketika Abu Hanifah dipaksa untuk memegang jabatan dalam pemerintahan karena dianggap telah menggapai seluruh ilmu dan tak perlu belajar lagi, dengan tegas beliau menjawab, "Barang siapa merasa tidak membutuhkan ilmu, hendaklah ia menangisi dirinya!"

9. Apapun keadaannya, tetap cintailah orangtuamu!

Setiap dari kita pastilah tahu, hafal, dan paham betul keutamaan dan jasa-jasa orangtua bagi setiap anak-anaknya. Begitu pula yang dilakukan dan dijadikan pedoman bagi Abu Hanifah dalam rangka berbakti kepada orang tuanya.

Abu Hanifah sudah biasa menemani ibunya bermil-mil jauhnya untuk menemui ulama yang dipandang lebih alim dari anaknya sendiri, padahal sang ulama tersebut lebih mengakui keutamaan Abu Hanifah. Meskipun demikian, Abu Hanifah tetap ridho dan melaksanakannya demi menyenangkan hati ibunya.

Suatu ketika, ibunya tak setuju dengan fatwa Abu Hanifah. Ia meminta untuk diantarkan kepada seorang ulama untuk meminta kejelasan, tapi ulama tersebut malah mengarahkan untul bertanya pada Abu Hanifah, putranya sendiri. Ulama tersebut berkata kepada sang ibu, "Bagaimana mungkin aku memberi fatwa kepadamu, sedangkan sang ahli fikih Kufah (Abu Hanifah) bersamamu?"

Begitu pun ketika Abu Hanifah dipenjara dan disiksa karena menolak untuk memegang jabatan dalam pemerintahan dan dihasut oleh ulama penjilat penguasa bahwa Abu Hanifah tidak patuh terhadap khalifah, karena itu layak untuk dihukum. Beliau menangis tersedu-sedu ketika disiksa, tapi bukan karena rasa sakit, tapi teringat ibunya yang bersedih karena keadaannya. "Demi Allah, saya menangis bukan karena sakit dicambuk, melainkan karena teringat ibuku. Sungguh, tetesan air matanya membuatku sedih."

10. Always be brave, be patience in every condition!

Ketika kita merasa bahwa diri kita mengemukakan suatu kebenaran, pun dibarengi argumentasi-argumentasi yang kuat, jangan takut untuk dikemukakan. Kebenaran harua ditegakkan, agar keburukan tidak merajalela. Hal ini pun demi melaksanakan hal penting dalam Al-Qur'an dan Sunnah: Amar ma'ruf nahi mungkar.

Abu Hanifah berani untuk mengemukakan kebebasan berpikir, agar umat tidak kaku dan jumud. Akal adalah anugerah terbesar dari Allah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, oleh karena itu pendayagunaan akal sebaik mungkin merupakan bentuk rasa syukur kepada-Nya.

Kesabaran Abu Hanifah tak perlu dipertanyakan lagi. Kesabarannya dalam menuntut ilmu dengan jangka waktu dan jarak yang lama, kesabaran menghadapi ulama penjilat pemerintah, dan kesabaran melewati siksaan di penjara karena menyuarakan kebenaran dan membongkar kesalahan-kesalahan pemerintah berikut pejabat-pejabatnya.

Semoga kita diberikan kemudahan dan keberkahan dalam menjalani kehidupan yang ambyar ini, dengan jalan meneladani peri hidup generasi terbaik umat Islam.

Referensi:

Al-Syarqawi, Abdurrahman. Biografi Empat Imam. Jakarta: Qaf, 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun