Umar sendiri memberikan kesaksiannya terhadap Kufah, "Mereka tidak senang pada seorang pemimpin pun, dan tidak seorang pemimpin pun senang dengan mereka." Imam Ath-Thabari juga meriwayatkan dari Asy-Sya'bi bahwa Kufah adalah kota pertama dalam Islam yang penduduknya dibisiki setan.
Hal ini semakin terlihat jelas melalui apa yang dituduhkan Kufah kepada gubernur mereka, Al-Walid bin Uqbah...
Semua tuduhan-tuduhan terhadap Al-Walid, termasuk pula tuduhan nepotisme terhadap Usman bin Affan, salah satunya bermula dar sini.
Suatu ketika, beberapa pemuda Kufah melakukan pencurian dan membunuh seorang penduduk bernama Ibnu Haisaman Al-Khuza'i. Abu Syuraih Al-Khuza'i dan putranya memberikan kesaksian yang memberatkan mereka. Alhasil, kejadian ini diteruskan Al-Walid kepada Usman. Usman mengirimkan surat balasan berupa perintah hukuman mati, maka Al-Walid mengeksekusi mereka.
Tapi, para orangtua pemuda-pemuda tersebut malah menaruh dendam terhadap Al-Walid, maka mereka mencoba berkonspirasi untuk menjatuhkannya dari kursi gubernur. Mula-mula mereka menuduh Al-Walid meminum-minuman keras. Mereka melaporkan kepada tokoh-tokoh masyarakat Kufah bahwa mereka menyaksikan Al-Walid dan sahabat karibnya, Abu Zaid, sedang minum.
Maka mereka bersama tokoh Kufah berangkat ke kediaman Al-Walid di Ar-Rahbah yang tidak dikawal penjaga satu pun. Mereka menggerebeknya lewat masjid karena pintu rumahnya tembus ke masjid. Al-Walid sangat terkejut lantas menyembunyikan sesuatu ke bawah kolong tempat tidurnya.Â
Tanpa sopan santun, salah satu dari mereka langsung merogohkan tangannya ke dalam kolong tempat tidur Al-Walid dan mengeluarkan sesuatu. Ternyata itu hanyalah sebuah piring yang berisikan beberapa butir anggur. Al-Walid menyembunyikannya karena malu dilihat piringnya hanya berisi beberapa butir anggur tanpa tangkai. Mereka pun merasa kecewa dan keluar dari sana sembari menyalahkan satu sama lain.
Tapi, anehnya, Al-Walid bersabar dan tidak menghukum mereka, seolah-olah peristiwa itu tak pernah terjadi! Ia beralasan karena ia tak mau hubungan antara dirinya dengan masyarakat menjadi rusak.
Tapi, mereka (kali ini saya akan menyebut mereka: Abu Zainab, Abu Muwarri', dan Jundab. Mereka ayah dari Zuhair bin Jundab Al-Azdi, Muwarri' bin Abu Muwarri', dan Syubail bin Abul Azdi) tetap terus melakukan konspirasi terhadap Al-Walid.
Kali ini, mereka mengumpulkan mantan pejabat-pejabat yang telah dipecat oleh Al-Walid, agar berangkat ke Madinah menemui Usman dan memberikan kesaksian palsu bahwa Al-Walid telah minum-minuman keras. Ketika ditanya oleh Usman siapa saksinya, mereka menjawab Abu Zainab dan Abu Muwarri'. Usman pun memanggil keduanya dan mereka berpura-pura sebagai pelayan Al-Walid dan menyaksikan bahwa majikannya sedang muntah minuman keras.
Al-Walid pun dipanggil Usman ke Madinah. Ia bersumpah tak pernah sekalipun minum-minuman keras dan membeberkan kepada Usman bahwa orang-orang itu adalah provokator dan pembohong. Tapi, yang dapat direspon Usman hanyalah, "Kami hanya menegakkan hukum. Biarlah para saksi palsu bersiap-siap masuk neraka. Maka bersabarlah, saudaraku." Usman pun memerintahkan Al-Walid dijatuhi hukuman dera dan diturunkan dari jabatan sebagai gubernur Kufah.