"Jangan sia-siakan apa yang kalian miliki akibat mengharap pada apa yang tidak kalian punya"
Epicurus adalah seorang filsuf yang lahir pada 341 SM di Pulau Samos. Sejak usia muda ia telah mengalami pertanyaan-pertanyaan dan rasa curiga dan penasaran terhadap jawaban-jawaban yang diberikan orang-orang dewasa kepadanya. Ia mempelajari ajaran-ajaran Heraclitus dan Democritus.
Epicurus hidup nomaden, mulai dari Colophon, Pulau Lesbos, hingga memilih menetap di Athena ketika usianya 35 tahun. Di sana, ia membangun sebuah rumah bertembok tinggi di luar tembok kota. Di situlah ia membangun sebuah sekolah filsafat yang disebut dengan Kepos (Taman). Maka, jika kita mengenal Filosofi Teras yang dinisbatkan kepada filsuf-filsuf Stoisisme, maka Filosofi Taman layak dinisbatkan kepada filsuf-filsuf Epicureanisme.
Pada satu sisi tembok rumah tersebut tertulis, "Wahai orang asing, kau akan merasa senang di tempat ini. Di sini, kebaikan paling luhur merupakan kenikmatan." Terasa lebih hangat ketimbang apa yang tertulis di depan Akademi Plato, "Siapa pun yang tidak mengerti geometri dilarang masuk."
Taman berpagar tembok ini dibangun oleh Epicurus, sejalan dengan semboyannya, Lathe Biosas (hidup tersembunyi). Pada masanya, segala bentuk pengasingan diri dicurigai, pada masa kini sama saja. Mereka yang penyendiri dijauhi dan dicurigai.
Sekolah filsafat Epicurus ini membuka pintunya bagi siapa pun. Laki-laki, perempuan, budak, hingga PSK sekalipun, boleh memasukinya. Hal ini makin menambah kecurigaan orang-orang, yang menuduh bahwa di dalam sana -karena berisi orang-orang buangan- dilakukan pesta pora dan seks bebas.
Di antara inti ajaran filsafat Epicurus adalah tentang kenikmatan sebagai kebaikan terluhur. Filsafat hanyalah sarana untuk memperoleh kenikmatan.
Mencari kenikmatan itu alamiah, seperti bernapas. Orang tidak perlu diberi tahu bahwa api itu panas dan buah itu enak.
Epicurus mengartikan kenikmatan dengan lain sebagaimana yang diartikan orang pada umumnya. Kenikmatan kerap kali diartikan sebagai sebuah keadaan dimana kita bisa melakukan apa pun, membeli apa pun, harta berlimpah, dan selalu makan di restoran bintang lima.Â
Meskipun memang pada awalnya ia mengartikan bahwa kenikmatan berkaitan dengan perut,tapi pedoman hidup yang ditarik dari situ adalah bahwa kenikmatan adalah sebuah ketiadaan dari berbagai gangguan (Ataraxia).