Rumor mengenai kondisi Kim Jong-un telah menjadi perbincangan dunia beberapa waktu belakangan. Banyak spekulasi yang beredar seputar kesehatan pemimpin Korea Utara tersebut, mulai dari diisukan sedang sakit parah, sehat-sehat saja, bahkan sudah meninggal dunia.Â
Berita soal kondisi Kim Jong-un yang cepat meluas di masyarakat dunia seakan diantisipasi dengan isu mengenai siapa yang akan menjadi pewaris tahta berikutnya.Â
Keluarga Kim sendiri telah memerintah Korea Utara selama sekitar 70an tahun sejak tahun 1948 dengan memberikan kekuasaan di antara pewaris laki-laki seperti dinasti turun temurun pada umumnya.Â
Penggantian terakhir terjadi di tahun 2011, ketika Kim Jong-un mengambil alih kekuasaan 17 tahun ayahnya Kim Jong-il setelah meninggal dunia di tahun yang sama.
Bagaimanapun jika apa yang diisukan pada Kim Jong-un benar terjadi, sistem penggantian kuasa tidak bisa berkaca pada penjelasan sebelumnya, karena ketiga anak Kim belum diyakini telah mencapai usia dewasa. Maka kandidat terkuat saat ini ialah Kim Yo-jong, adik perempuan Kim Jong-un.Â
Walau baru-baru ini dipromosikan sebagai wakil direktur departemen pertama Komite Pusat Partai Buruh Korea, kekuatannya tampaknya murni turunan atas dasar keluarga, mengingat kebanyakan para wanita Korea Utara tidaklah menjadi elit pemerintahan di negaranya. Wanita-wanita yang berada di kancah politik biasanya ialah istri atau saudara para pemimpin.
Walau demikian, transisi ini kemungkinan tidak mudah, karena sebagaimana masih kerabat keluarga, Kim Yo-jong tetaplah seorang wanita, berkaca pada kondisi hirarki di Korea Utara yang kerap menempatkan wanita sebagai masyarakat kelas kedua.Â
Jika bukan dari keluarga Kim, apakah negara dan masyarakat Korea Utara pada akhirnya siap untuk berdemokrasi dan memilih pemimpin mereka dengan pertarungan terbuka?
Ternyata pilihan ini juga tidak mudah dicapai, disatu sisi Kim Jong-un telah menyingkirkan lawannya sejak jauh-jauh hari dan menempatkan pihak-pihak dengan dukungan yang kuat di militer dan parlemennya.Â
Di sisi yang lain, ini berkenaan dengan bagaimana pemerintahan Korea Utara menyiapkan reaksi internal mereka sendiri dan masyarakat. Demokrasi dan kebebasan terasa sulit jika pergerakan masih ditekan, diikuti mindset yang melekat pada masyarakat Korea Utara atas konstruksi puluhan tahun.
Reaksi terburuk dari revolusi peralihan kekuasaan ini adalah aksi dengan kekerasan dalam sistem politik Korea Utara. Dari sisi masyarakat bisa berupa arus pengungsi massal, aksi senjata nuklir, kimia, dan biologi yang rentan, pertempuran yang melintasi perbatasan, dan tekanan negara-negara disekitarnya seperti Rusia, Cina dan Korea Selatan yang bisa ikut campur tangan.
Walau hanya dugaan dengan skenario terburuk, tidak ada salahnya untuk mengambil ancang dan mencari solusi terbaik. Rezim yang runtuh tidak serta-merta menjadikan pemerintahan selanjutnya berjalan secara damai, menghasilkan pemimpin dengan sistem yang lebih baik, atau lebih sejahtera.Â
Tentunya masyarakat Korea Utara, dan masyarakat dunia lainnya hanya bisa menunggu, Â berharap polemik ini dapat berjalan serta diselesaikan dengan baik dan damai.
Sumber:
Cristol, Jonathan. 2018. Â Kim Jong Un's Cunning Strategy Could Lead the World Down a Dangerous Path. Diakses melalui MediumÂ
R, Nivedita. 2020. 6 Fascinating Facts About Kim Jong Un's Lesser-Known Sister Who Could Be The Heir To His Throne. Diakses melalui MensxpÂ
Berlinger, Joshua. 2020. Why the confusion about Kim Jong Un's health actually makes sense. Diakses melalui CNNÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H