Mohon tunggu...
Bayu Putra Alfianto
Bayu Putra Alfianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Geografi semester 3

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Kota Pelajar Menuju Atap Bali yang Menantang Nyali

7 September 2022   14:43 Diperbarui: 7 September 2022   14:53 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendakian gunung merupakan salah satu kegiatan outdoor yang cukup berisiko namun populer dan digemari oleh berbagai kalangan, khususnya anak muda. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya organisasi pencinta alam, termasuk pendakian gunung, yang tersebar di Indonesia di mana rata-rata anggotanya merupakan anak muda. Alasan orang-orang melakukan pendakian gunung pun beragam, di antaranya yaitu untuk melepas penat, menikmati pemandangan, mencoba hal baru, dll. Seiring terus meningkatnya minat pendakian gunung di Indonesia, terdapat berbagai pembatasan jumlah pendaki di beberapa gunung tertentu oleh pihak pengelola dengan tujuan untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan yang ada di gunung-gunung tersebut.

Pasti dari kalian ada yang punya wishlist mendaki gunung tertinggi di Pulau Bali? Atap tertinggi Pulau Bali berada di puncak Gunung Agung yang memiliki ketinggian 3142 mdpl. Ketinggian tersebut menjadikan Gunung Agung sebagai gunung tertinggi kedua di Kepulauan Sunda Kecil, yaitu setelah Gunung Rinjani yang memiliki ketinggian 3726 mdpl. Gunung Agung secara administratif terletak di Kecamatan Selat, Rendang, Kubu, dan Bebandem, Kabupaten Karangasem. Secara geologis, Gunung Agung termasuk ke dalam jenis gunung stratovolcano -tersusun dari material piroklastik dan aliran lava- dan terakhir mengalami erupsi pada tahun 2019.

Terdapat dua jalur yang sering digunakan untuk mendaki gunung ini. Kedua jalur tersebut yaitu jalur Pura Pengubengan Besakih dan jalur Pura Pasar Agung yang keduanya terletak di Kabupaten Karangasem. Jalur-jalur tersebut memiliki karakteristik medan yang sangat berbeda 180 derajat. Jalur Pura Pengubengan memiliki medan yang sebagian besar bertanah dan ditutupi oleh vegetasi. Sedangkan Jalur Pura Pasar Agung memiliki sebagian besar medan ekstrem dan cukup untuk menguji nyali para pendaki, diawali dengan medan tanah dan ditutupi oleh vegetasi. Semakin mendekati area puncak, medan yang dilalui akan berubah menjadi pasir berbatu dengan kemiringan yang cukup ekstrem. Pendakian lintas jalur jarang dilakukan oleh pendaki di Indonesia. Gunung Agung dapat menjadi salah satu pilihan gunung yang dapat dilakukan pendakian lintas jalur. Perbedaan karakteristik medan masing-masing jalur dapat menjadi nilai tambah dari Gunung Agung.

Medan jalur pendakian Pura Pasar Agung (Dokpri)
Medan jalur pendakian Pura Pasar Agung (Dokpri)

Pos 2 jalur pendakian Pura Pengubengan (Dokpri)
Pos 2 jalur pendakian Pura Pengubengan (Dokpri)

Tim Gladimadya “Gama Agastya Agung” dari UKM Mapagama UGM telah sukses melakukan pendakian lintas jalur di Gunung Agung. Jalur yang dipilih adalah Pura Pasar Agung untuk naik dan Jalur Pura Pengubengan untuk turun. Waktu pendakian normal dari basecamp Pura Pasar Agung menuju Puncak Sejati kurang lebih dapat mencapai 9 jam. Dari basecamp menuju Pos 2 kurang lebih 3 hingga 4 jam. Lokasi camping ground terletak tidak jauh dari Pos 2 dan membutuhkan waktu kurang lebih 15 menit. Dari titik camping ground menuju Puncak Sejati membutuhkan waktu normal 4 hingga 5 jam. Untuk turun dari Puncak Sejati menuju camping ground Jalur Pura Pengubengan yang terletak dekat dengan Pos 2 membutuhkan waktu normal 4 hingga 5 jam. Kemudian, dari titik camping ground menuju basecamp Pura Pengubengan membutuhkan waktu normal 3 hingga 4 jam.

Tim Gladimadya “Gama Agastya Agung” bersama Mapala Mitra Satya Bhuana di Puncak Sejati (Dokpri)
Tim Gladimadya “Gama Agastya Agung” bersama Mapala Mitra Satya Bhuana di Puncak Sejati (Dokpri)

Tim kami yang berasal dari Yogyakarta menggunakan transportasi umum untuk melakukan pendakian Gunung Agung, rincian perjalanan kami yang dapat dijadikan referensi oleh calon pendaki adalah sebagai berikut:

  • Stasiun Lempuyangan Yogyakarta menuju Stasiun Ketapang Banyuwangi menggunakan Kereta Api Sri Tanjung kelas ekonomi dengan harga tiket Rp 94.000 selama kurang lebih 13 jam. Dari Stasiun Ketapang menuju Pelabuhan Ketapang dapat ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 5 menit.
  • Pelabuhan Ketapang Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk Jembrana menggunakan kapal feri dengan harga tiket Rp 8.500 selama kurang lebih 1 jam. Dari Pelabuhan Gilimanuk menuju Terminal Gilimanuk dapat ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 5 menit.
  • Terminal Gilimanuk menuju Terminal Ubung Denpasar menggunakan bus dengan harga tiket Rp 50.000 selama kurang lebih 4 hingga 5 jam.
  • Terminal Ubung menuju Basecamp Pura Pasar Agung dapat dengan menyewa kendaraan dengan harga sewa bervariasi selama kurang lebih 2 jam.

Jadi, itulah tips yang dapat dijadikan sebagai salah satu referensi singkat untuk melakukan pendakian Gunung Agung dengan menggunakan transportasi umum dari Yogyakarta.

Selamat berpetualang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun