Mohon tunggu...
Bayu Taufani Haryanto
Bayu Taufani Haryanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Admin di papabackpacker.com

Admin di papabackpacker.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Di Kebumen Ada Sunset Sekeren Ini Loh Guys!

1 Oktober 2014   10:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:50 612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada kalanya manusia harus mengistirahatkan matanya dari hal-hal yang telah menjadi rutinitasnya. Seperti mencontek bagi pelajar zaman sekarang, eh bukan deng, tapi belajar dan membaca. Berkutat dengan tulisan-tulisan yang isinya angka semua, isinya pasal-pasal, isinya rumus-rumus pasti itu sangat membosankan bukan?

Iya, itu yang sejatinya sedang Papa rasakan saat itu. Hingga akhirnya, Papa memilih Kebumen sebagai tempat pelampiasan. Di kota ini, setidaknya ada tiga tempat yang Papa kunjungi. Diantaranya adalah Benteng Van Der Wijck, Goa Jatijajar dan Pantai Ayah. Untuk tempat terakhir yang disebutkan, akan secara khusus dibahas dalam bualan kali ini.

Oke, lanjut!

Pantai Ayah terletak sekitar 8 kilometer selatan Goa Jatijajar, atau 53 km dari Kota Kebumen, tepatnya di Kecamatan Ayah. Intinya, kalau dari Goa Jatijajar sih enggak dibutuhkan waktu lebih dari 20 menit untuk mencapainya. Pantai ini merupakan pantai yang berada di bagian selatan Pulau Jawa, yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Tidak seperti kebanyakan pantai yang berada di Gunung Kidul, yang kebanyakan akan dijumpai pedagang yang berjejer menjajakan dagangannya di bibir pantai, di Pantai Ayah sangat jarang ditemui pedagang, atau bahkan tidak ada.

Jujur saja, waktu pertama kali Papa menginjakkan kaki di sana, kesan pertama yang Papa tangkap adalah ”Pantai ini kotor”. Walaupun nama tempat wisata ini adalah ”Pantai”, akan sulit ditemukan gundukan pasir yang biasa tersedia ditempat yang menamakan dirinya sebagai ”Pantai”. Peran dari pasir pantai digantikan oleh tebing yang terbuat dari beton yang sengaja dibangun untuk menghalangi ombak pantai selatan yang terkenal ganas. Agak aneh memang, ketika mengunjungi tempat wisata yang namanya ”Pantai” tetapi tidak ada pasir pantainya. Bukankah esensi dari sebuah pantai adalah pasirnya?

Tapi tak apa, untuk memasuki kawasan wisata ini tidak dipungut biaya sama sekali kok. Atau mungkin karena Papa mengunjungi tempat itu hanya beberapa saat sebelum matahari terbenam ya? Jadinya tidak dipungut biaya. Karena menurut pengamatan dan pengalaman Papa, kebanyakan pantai yang memiliki loket pembelian tiket telah ditutup setelah pukul 4 sore. Kecuali ada event tertentu, ada orang tenggelam misal. Jadi, walaupun ada pos untuk pembelian tiket, yakinlah bahwa tidak ada penjaganya. Tapi kalau ke Pantai Ayah mah, santai aja, wong nggak ada loket retribusi kok.

Etapi tunggu dulu, walaupun pantai gratisan, pemandangan di sini tidak bisa dipandang sebelah mata. Gimana tidak, saat mata diarahkan ke arah laut lepas, tepat disanalah matahari menghilang. Matahari yang terbenam pun posisinya sangat istimewa, tidak terlalu ke kanan ataupun tertalu ke kiri. Matahari terbenam tanpa dihalangi apapun, sinarnya memancar sampai ke daratan. Gimana enggak istimewa coba? Udah keren, warnanya oranye banget dan satu lagi, gratis. Jadi, Pantai Ayah merupakan salah satu spot yang cukup tepat untuk menikmati fenomena terbenamnya matahari.

Artikel yang disajikan dalam rubrik ini kurang lengkap. Jadi, ada beberapa bagian dan juga foto dari tulisan pada rubik ini yang sengaja dipotong. Artikel secara utuh dapat dilihat pada link berikut:

http://papabackpacker.wordpress.com/2014/09/17/sunset-pantai-ayah-kebumen/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun