Mohon tunggu...
Inovasi

Fenomena Hoax Pada Media Online

5 April 2017   05:36 Diperbarui: 5 April 2017   14:00 4302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat khususnya di Indonesia. Dahulu untuk mencari informasi, masyarakat bisa mendapatkannya melalui media konvensional  radio, koran dan televisi. Namun kini hanya dengan bermodalkan smartphone sangat banyak informasi yang bisa didapatkan masyarakat dengan mengakses portal media online atau sharing dan bersosialisasi melalui media sosial.

Media menurut Association for Educational Communications and Technology (AECT, 1997) sebagaimana Sadiman (2005: 6) adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Secara garis besar, dilihat dari bentuknya ada tiga jenis media massa, yakni media cetak, media penyiaran, dan media online / internet.  

                        Perkembangan teknologi ini tidak bisa lepas dari apa yang kita kenal dengan Internet. Internet merupakan singkatan dari Interconnection Networking. Secara sederhana, internet bisa diartikan sebuah jaringan global dari sebuah jaringan komputer. Jaringan internet sukses dikembangkan dan diujicobakan pertama kali pada tahun 1969 oleh US Departement of Defense dalam proye ARPANet (Advanced Research Project Network). Semenjak itu perkembangan internet berlangsung sangat pesat.

            Di Indonesia media online pada awalnya hanya memindahkan isi berita yang yang ada di surat kabar/koran ke media internet atau di online-kan istilahnya. Dengan kata lain produk berita versi cetak dengan online tidak ada perbedaan, sama persis. Namun yang dilakukan oleh situs www.detik.com pada pertengahan Juli 1998, tidaklah demikian. Detikcom tidak memindahkan berita versi cetak ke online. Detik.com tidak punya versi cetak, meski dalam perkembangan pernah membuat versi cetak. Hanya saja dengan terbit dua kali sehari itu untuk versi cetaknya tidaklah berumur panjang dan harus segera ditutup. Selanjutnya kembali ke online saja dan berita-berita yang ditampilkan hanya ada di online saja. Berita-berita juga selalu up to date sehingga menjadi acuan banyak orang. orang melirik media online lantaran ada kejenuhan di pasar media cetak pasca reformasi 1998.

            Dalam KBBI Jurnalisme Online disebut sebagai pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan melaporkan berita kepada khalayak. Dalam perkembangannya, media penyampaian berita kepada pembaca tidak hanya terbatas pada surat kabar. Tetapi seiring perkembangan teknologi, kini arah perkembangan media menuju persaingan media online. Media online bisa menampung berita teks, image, audio dan video. Berbeda dengan media cetak, yang hanya menampilkan teks dan image. ”Online” sendiri merupakan bahasa internet yang berarti informasi dapat diakses di mana saja dan kapan saja selama ada jaringan internet.

            Perusahaan-perusahaan media yang dahulu mengandalkan penyebaran berita melalui media cetak kini berlomba-lomba menyebarkan informasinya secara online. Di Indonesia kini sudah banyak bermunculan portal-portal berita online seperti tempo.co, kompas.com, detik.com, voaindonesia.com, bbc.com, dan lain sebagainya.

Perkembangan jurnalisme online, memunculkan fenomen baru yaitu citizen journalism. Citizen journalism sendiri merupakan kegiatan jurnalisme yang dilakukan oleh non jurnalis atau masyarakat biasa. Keberadaan citizen journalismmemungkinkan seorang individu menyebarkan sebuah berita di internet. Hal ini menggeser posisis jurnalis di mana saat ini masyarakat non jurnalis pun bisa membuat sebuah berita.

Istilah jurnalisme warga atau citizen journalism mengacu pada peran aktif masyarakat dalam proses mengumpulkan, menganalisis, dan penyanjian berita. Jurnalisme warga atau citizen journalism muncul ketika kebutuhan akan informasi dari masyarakat begitu tinggi, sementara media massa tidak sepenuhnya memainkan peran dan tanggung jawabnya sebagai penyaji informasi.

Shayne Bowman & Chris Willis (2003) mendefinisikan citizen journalism sebagai “the act of citizens playing an active role in the process of collecting, reporting, analyzing, and disseminating news and information”. Ini artinya warga memiliki hak untuk menjadi pencari, pemproses dan penganalisa berita untuk kemudian dilaporkan kepada masyarakat luas melalui media.

Sementara Wood and Smith (2005) mendefinisikan netizens (sebutan untuk citizen journalist) sebagai sekelompok warga yang aktif memberikan kontribusi berita seiring dengan perkembangan internet. Menurutnya netizen harus memahami nilai – nilai kerja kolektif dan aspek-aspek yang harus dimiliki dalam menjalankan proses komunikasi publik.

Banyak hal yang ditimbulkan dari kemunculan dari kemunculan citizen journalism. Tidak dipungkiri walaupun banyak dampak positif yang ditimbulkan, namun dampak negatif juga ikut muncul berbarengan dengan kemunculannya.

Begitu pesatnya perkembangan citizen jurnalisme atau jurnalisme warga menyebabkan banyak perdebatan di kalangan masyarakat. Perdebatan panjang masih terjadi hingga saat ini. Apakah berita yang di sampaikan kredibel ? melihat banyaknya berita hoax yang muncul di media digital saat ini. Jika kita lihat faktanya sekarang, fenomena berita hoax tak hayalnya seperti menjamur dan tidak ada filter untuk menghentikannya.  Banyak alasan munculnya sebuah berita hoax atau berita yang tidak kredibel.

Menururt Widodo pengikisan kredibilitas dalam jurnalisme warga disebabkan beberapa hal (Widodo,2010, hal 45) :

Pertama, adanya persaingan ketat antar media dan tunutuan kecepatan dalam penyajian berita terhadap khalayak. Usaha untuk dapat menyajikan berita secara cepat, akurat dan lengkap mendorong jurnalis untuk bersaing dan bergerak cepat. Hal ini yang menyebabkan jurnalis kehilangan etika jurnalistiknya demi dapat menyajikan berita yang baru dan cepat.

 Kedua, belum adanya hukum yang jelas dalam jurnalisnme online khususnya jurnalisme warga dalam penyampaian berita. Widodo menjelaskan bahkan di dalam UU Pers pun belum tercantum peraturan bagi jurnalisme online maupun jurnalisme warga. Ketiga, ilmu jurnalistik yang tidak dikuasi secara mendalam. Bila meliat artikel dalam jurnalisme warga, informasi yang diperoleh seseorang pun bisa menjadi sebuah berita. Hal ini sangat berbeda dengan penyajian berita yang dilakukan oleh jurnalisme konvensional. Di mana harus dilakukan cek dan ricek terhadap informasi yang diperoleh. Maka berita yang disajikan memang berdasarkan fakta yang ada di lapangan dan benar-benar terjadi. 

Keempat, tidak adanya kesadaran seseorang mengenai hak cipta. Kemudahan khalayak dalam mencari, mengakses dan menyebarkan informasi melalui internet mendorong khalayak untuk mendistribusikan informasi tanpa menyebutkan sumber. Kelima, semakin berkembangnya internet semakin pula menghadirkan audience yang “tidak sabar”. Maksudnya adalah kini khalayak semakin ingin secara terus menerus memperoleh informasi yang cepat dan teraktual. Hal tersebut mengakibarkan jurnalis juga terdorong untuk menyajikan berita yang cepat dan aktual dapat melihat kredibilitas serta kelengkapan berita tersebut. 

Kemajuan teknologi memang banyak berpengaruh terhadap perkembangan media, Bukan hanya hal positif seperti mudahnya akses informasi, tapi dampak positif juga ikut muncul yang ditandai dengan banyaknya kemunculan berita hoax di media digital. Maka dari itu, setiap individu harus bisa memahami bagaimana sebenarnya citizen jurnalisme atau jurnalisme warga itu dijalankan. Agar tetap mematuhi aturan dan norma yang berlaku dalam proses penyampaian sebuah berita.

Akhir-akhir ini sedang mencuat kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab dipanggil Ahok. Banyak berita yang muncul di media mengenai kasus ini. Namun berita yang muncul tidak semua sesuai dengan fakta yang sebenarnya atau yang sering disebut dengan berita Hoax.

            Istilah hoax atau berita bohong saat ini mungkin tidak asing lagi di telinga kita. Saat ini hampir setiap saat kita mendengar kata tersebut entah itu di televisi, radio, surat kabar, dan yang paling sering media sosial. Sebenarnya berita Hoax tidak hanya beredar di media online saja. Berita hoax juga sempat beredar di media cetak, yaitu pada pemberitaan Presiden Jokowi pada saat pemilu tahun 2014. Di edisi pertama tanggal 5-11 Mei 2014, tabloid tersebut membuat tulisan yang dari judulnya saja tampak menghina Jokowi.

Judul itu diantaranya Capres Boneka, Jokowi Anak Tionghoa, Putra Cina asal Solo, Ayah Jokowi adalah Oey Hong Liong, Status Perkawinan ibunda Jokowi dengan Pey Hong Liong?, Dalam Tradisi Cina Kaya, Wanita Pribumi Hanya Akan Dijadikan Gundik, atau Nyai, Sebagai anak gundik, Jokowi tak berhak menyandang nama marga (Tse) Oey, Cukong-Cukong di Belakang Jokowi, Dari Solo Sampai Jakarta De Islamisasi Ala Jokowi, Jokowi Guru Selamat yang Gagal, Sang Pendusta Mau Dibohongi Lagi, Capres Boneka Suka Ingkar Janji, Disandera Cukong dan Misionaris, serta Partai Salib Pendukung Jokowi. (www.news.okezone.com Diakses 31 Maret 2017, Pukul 11.56 wib).

Fenomena berita hoax di media cetak tidak sebanyak yang ada pada media online. Media online bisa dianggap “distributor”utama penyebaran berita bohong saat ini. Banyak akun-akun di media sosial yang tidak diketahui kredibilitasnya, hampir setiap saat memposting berita-berita yang sumber dan keabsahannya tidak jelas. Mungkin bagi kita yang ada di era kemajuan teknologi dan komunikasi saat ini sering melihat akun-akun di instagram, facebook, twitter, bahkan line sangat gencar memposting berita yang kita tidak tahu kebenarannya.

 Saya memiliki satu pengalaman saat saya mengakses situs facebook pada akhir November 2016 kemarin. Pada saat itu saat melihat-lihat beranda facebook saya melihat salah satu teman saya di facebook menshare sebuah foto yang berisi caption “konsolidasi keberangkatan puluhan ribu ummat Islam se-Jabar untuk Aksi Bela Islam jilid 3 dipimpin oleh KH gymnastiar (aagym) bergabung dengan para Mujahid pejalan Kaki Ciamis. Satu suara dan Satu Tuntutan #Tangkap_dan_Penjarakan_Ahok” foto itu berawal dari postingan dari akun @SelamatPagiIndonesiaNews.

            

             Gambar 1.1 Berita hoax keberangkatan umat muslim se-Jabar dalam aksi be islam jilid 3.

Pada saat itu memang sedang gencar-gencarnya pemberitaan mengenai masalah ini dan saya awalnya mempercayai namun setelah mencoba mencari tahu kebenarannya dengan mengakses situs https://www.turnbackhoax.id saya menemukan fakta yang sebenarnya, bahwa itu adalah acara Apel Nusantara Bersatu yang diselenggarakan di Lapangan Gasibu, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Rabu 30 November 2016 dan dihadiri oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, pemuka agama Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dan sejumlah tokoh agama dan unsur Muspida.

ddd-58e41f90fe22bde03e1e10c6.png
ddd-58e41f90fe22bde03e1e10c6.png
Gambar 1.2 acara Apel Nusantara Bersatu yang diselenggarakan di Lapangan Gasibu

           

Perkembangan media online memang membawa dampak yang positif bagi masyarakat di Indonesia. Dilihat dari kecepatan update mengenai suatu informasi yang sedang terjadi, namun banyak orang-orang yang memiliki kepentingan memanfaatkan kemajuan teknologi ini dengan menyebarkan kabar-kabar bohong untuk kepentingandirinya sendiri. Maka mulai saat ini kita harus mulai melek media dengan tidak langsung percaya terhadap informasi yang beredar. Ada baiknya kita mengkroscek kebenaran kabar tersebut

.

Daftar Pustaka

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun