Mohon tunggu...
Bayu Sapta Hari
Bayu Sapta Hari Mohon Tunggu... Editor -

Editor | suka gowes | penyuka kopi | www.catatanmasbay.wordpress.com | twitter: @bysph

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hape Harap Disunyi-Senyapkan...

9 Agustus 2010   04:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:12 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari jum’at tidak pernah sama dengan hari-hari yang lain. Hari jum’at dianggap hari yang suci melebihi hari-hari yang lain dalam seminggu sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadis. Paling tidak anggapan ini berlaku buat mereka yang beragama Islam. Ada ritual yang mesti dijalani di hari jum’at khususnya buat kaum pria yang mengaku beragama Islam. Ritual itu adalah solat jum’at.

Walaupun waktunya sama dengan solat zuhur di hari biasa, solat jum’at memiliki aturan yang khusus. Ada khotbah yang mesti disampaikan sebelum solat, baru dilanjutkan dengan solat dua rakaat. Dan, rangkaian ibadah ini mesti dilakukan secara berjamaah, tidak sah jika dilakukan sendirian saja.

Robi tidak pernah menganggap solat jum’at sebagai ibadah yang biasa meskipun selalu dilakukan secara rutin setiap minggu. Robi ingin selalu menganggap ibadah jum’at sebagai sesuatu yang istimewa. Apalagi ibadah jum’at harus dilakukan secara berjamaah di masjid. Sebagai orang yang memiliki keterikatan dengan masjid, Robi berusaha mempersiapkan sebaik mungkin segala sesuatu sebelum dan saat solat jum’at. Dari mulai hati, pikiran, dan penampilan harus disiapkan sedemikian rupa oleh Robi. Robi berusaha memakai pakaian yang paling bagus saat solat jum’at. Sebagaimana orang yang hendak bertamu, Robi bersikap seolah-olah hendak bertamu ke rumah Allah.

“kalo kita bertamu ke rumah orang aja harus berpakaian yang rapi, apalagi ini mau bertamu ke rumah Allah. Pakaiannya harus lebih rapi dan bagus donk!” inilah yang ada di dalam benak Robi setiap hendak solat jum’at.

Robi pernah membayangkan bisa solat jum’at di masjid-masjid besar yang ada di kotanya. Pengennya Robi sih bisa bergantian solat jum’at dari satu masjid ke masjid lainnya. Semacam safari jum’at gitu deh, dari satu masjid ke masjid yang lain. Robi hanya berpikir, “betapa indahnya jika bisa ibadah jum’at di masjid besar yang nyaman, hati pun akan terasa tentram.” Robi merasa lebih nyaman apabila bisa beribadah jum’at di tempat yang megah dan agung, apalagi jika khotbah yang disampaikan juga bagus, tajam, padat namun berisi, dan mengena dengan kehidupan sehari-hari.

Tapi, tentu saja hal seperti ini sangat sulit dilakukan oleh Robi. mengingat Robi sehari-harinya harus bekerja di kantor. Setiap jum’at pasti Robi selalu berada di kantornya. Solat jum’atnya pun hampir selalu dilakukan di masjid yang dekat dengan kantornya. Kecuali, saat hari jum’atnya bertepatan dengan hari libur nasional. Robi bisa memilih lokasi solat jum’at yang dekat dengan tempat tinggalnya. Atau, jika kebetulan ada keperluan mendadak di hari jum’at yang memaksanya tidak masuk kerja, Robi baru bisa melakukan solat jum’at di masjid yang dekat atau searah dengan daerah yang sedang dituju.

Ini berbeda dengan saat dahulu Robi masih berprofesi sebagai pengajar (kesannya udah zaman dulu banget … padahal belum begitu lama sih!?). saat itu Robi kerap kali melakukan solat jum’at di perjalanan. Maklum, Robi saat itu selalu dalam keadaan mobile. Harus siap ditugaskan mengajar ke berbagai tempat bahkan sampai ke luar kota. Robi sedikit puas bisa memenuhi sebagian obsesinya: bisa solat jum’at bergantian di masjid yang berbeda. Berbagai masjid besar telah dijajal oleh Robi (kaya sepatu aja dijajal …). Robi sengaja memilih masjid-masjid besar yang lokasinya dekat atau searah dengan perjalanannya. Saat itu Robi dengan rajin mengamati dan mengingat-ingat lokasi-lokasi masjid yang bisa dijadikan transit saat solat jum’at. Lumayan banyak lokasi masjid yang masuk dalam databasenya (jangan salah, ini bukan database di kompi atau lepi ya … cuma dalam memori otak Robi aja kok).

Meskipun agak lelah karena harus bisa tepat waktu saat solat jum’at padahal Robi masih di perjalanan, Robi dengan senang hati melakukan hobi ritualnya ini. “kapan lagi gw bisa solat jum’at di masjid-masjid yang berbeda … nikmati aja lah ..” Robi berusaha menetapkan hatinya.

Selain masjid yang ingin dikunjungi saat solat jum’at dan juga isi ceramah yang disampaikan khotib saat solat jum’at, Robi punya sedikit keisengan saat solat jum’at akan dimulai. Biasanya setiap akan mulai solat jum’at ada sedikit pengumuman atau maklumat yang disampaikan oleh pengurus masjid. Disinilah keisengan Robi itu muncul, Robi selalu mencermati kata-kata juru bicara sebelum solat jum’at dimulai. Sebagai orang yang sedikit paham dengan tata bahasa yang benar, Robi sering tersenyum dan tertawa sendiri saat mendengar pengumuman yang disampaikan. (ketawanya dalam hati lah pastinya …)

Robi memang kerap kali mendengar kata-kata yang kurang pas dari segi bahasa namun sudah dianggap lumrah dalam bahasa sehari-hari. Meski demikian, Robi tetap memberi apresiasi kepada siapa pun yang sudah menyampaikan pengumuman itu. “biar bagaimana pun mereka sudah berani berbicara di depan orang banyak. Ngga banyak orang yang bisa melakukan hal itu,” gumam Robi menanggapi ucapan pengurus masjid yang tekadang tidak sesuai dengan kaidah bahasa yang benar.

Salah satu kalimat yang sering disampaikan pengurus masjid adalah imbauan untuk menon-aktifkan alat komunikasi seperti hape. Pengurus masjid selalu mengingatkan para jamaah untuk mematikan atau men-silent-kan hape karena dikhawatirkan bisa berbunyi saat sedang solat yang berakibat mengganggu konsentrasi jamaah yang sedang solat. Bahasa dan istilah yang digunakan amat beragam dan kadang terdengar lucu di telinga Robi.

“ … kepada para jamaah diharapkan mensunyi-senyapkan hape maupun alat komunikasi yang lain agar tidak mengganggu kekhusuan solat jum’at kita.” Demikian salah satu pengumuman yang sering disampaikan.

Robi sendiri merasa tidak perlu mensunyi-senyapkan hape sebagimana imbauan itu. “lagian siapa juga yang mau nelpon gw pas solat jum’at. Mereka tau kali kalo sekarang saatnya solat jum’at,” gumam Robi dalam hati. Meskipun demikian Robi terkadang juga mensilentkan hapenya saat solat jum’at atau bahkan tidak membawa hape ke masjid. “ngga enak juga sih kalo pas solat hape gw bunyi, ganggu banget ngga enak lah sama jamaah yang laen.” Kira-kira itulah yang ada dalam benak Robi.

Namun, ada juga teman Robi yang dengan tegas menolak imbauan untuk mensunyi-senyapkan hape saat solat. “ngapain juga gw menon-aktifkan hape, orang gw ngga punya hape kok … gw kan pake blekberi … hehe,” kata teman saya iseng.

Nah, mungkin disini Robi baru sadar akan perlunya tambahan kata-kata“… alat komunikasi lainnya …” ya, blekberi itulah contohnya. Meskipun pengurus masjid mungkin saja tidak berpikiran ke sana, kata-kata ini perlu dipahami seperti ini. itulah yang ada dalam benak Robi.

Ada juga pengurus masjid yang menyampaikan pengumuman dengan bahasa dan kalimat yang persis sama dari jum’at ke jum’at. Hanya nama khotib dan muazin saja yang berbeda sesuai dengan yang bertugas saat itu. bahkan ada teman Robi yang nyeletuk, “jangan-jangan rekaman doang tuh. Kata-katanya kok sama persis gitu ya …” Robi pun cuma bisa tersenyum mendengar pernyataan temannya itu.

Kata-kata yang buat Robi terdengar lucu yang disampaikan sebelum solat jum’at kadang digunakan sebagai bahan lelucon sehari-hari. Robi dan teman-temannya kerap kali menggunakan kata-kata pengurus masjid sebagai bahan lawakan. Buat Robi dan temannya yang paham dengan kata-kata itu pasti akan tertawa mendengarnya. Tapi, ini hanya sebatas bercanda semata. Tidak ada maksud Robi dan teman-temannya untuk mengolok dan mengejek dengan kata-kata itu.

Ada juga masjid di salah satu kantor yang biasa mengadakan solat jum’at yang sering didatangi Robi. Karena kantor Robi tidak mengadakan solat jum’at sendiri, Robi mesti mencari masjid di kantor lain yang mengadakan solat jum’at. Di masjid ini kebetulan muazin (orang yang melantunkan azan itu lho .. tau khan) berasal dari kantor yang berbeda. Lucunya, paling tidak buat Robi, saat pengumuman nama muazin tidak pernah disebutkan namanya. Hanya disebutkan nama perusahaan tempat muazin itu berkantor. Biasanya kalo di masjid-masjid yang lain nama muazin selalu disebutkan. Bukan apa-apa sih dan bukan buat pamer juga, biar ketauan aja siapa yang bertugas. Dan petugas atau muazin itu bisa bersiap diri saat akan azan.

“untuk jum’at kali ini khotib akan disampaikan oleh fulan es a ge dari daerah bla bla bla .. dan muazin dari PT bla bla bla ..” demikian kata-kata yang sering didengar oleh Robi yang selalu saja membuat Robi tersenyum. Kadang keisengan Robi muncul, “kenapa ngga gw aja ya yang maju kan ngga disebutin tuh namanya. Berarti kan siapa aja yang dari kantor itu boleh jadi muazin … hehe?” (ga kebayang kan kalo ada dua orang secara bersamaan maju jadi muazin …) untung aja Robi masih cukup waras untuk tidak berbuat gokil seperti itu.

Hhmmm .. Hari jum’at memang selalu istimewa buat Robi …

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun