Jepang sudah menggunakan (Si) dalam pertanian sebelum Indonesia merdeka tepanta pada tahun 1940-an, produksi padi di Jepang menurun drastis yang diduga karena penurunan kesuburan tanah. Selanjutnya diketahui bahwa penurunan hasil tersebut disebabkan oleh defisiensi Si di dalam tanah. Belajar dari hal itu, pupuk Si diberikan secara reguler pada tanah sawah di Jepang dan batang bawah. Di Indonesia, hingga saat ini belum ada penelitian komprehensif mengenai peran Si bagi tanaman. Beberapa studi menunjukkan bahwa tanah yang berasal dari bahan induk abu vulkanik memiliki kandungan Si tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan tanah aluvial.
Hal ini bisa menjadi acuan bagi pemerintah khususnya Kementan yang sangat gencar akhir-akhir ini dengan program UPSUS Pajale (Upaya Khusus Padi, Jagung, dan Kedelai) dalam mendukung Kemandirian Pangan tahun 2018. Dimana kita sudah dapat mencukupi kebutuhan dalam negeri dan juga kalau memungkinan kita bisa ekspor produk komoditi. Tetapi sampai awal tahun 2016 ini menurut Kompas senin 18 Januari 2016, Bulog membuka kran masuknya 200.000 ton jagung yang mana menyusahkan bagi peternah ayam karena harga menjadi lebih tinggi. Selain itu, ancaman El Nino sekarng ini membuat waktu panen semakin lama dan di prediksi banyak program yang tidak berjalan. Biaya yang besar dianggarkan untuk program ini khususnya dalam penyediaan pupuk bisa ditekan jika produk dari Maharani dengan SiPlus-Nya ataupun para peneliti yang ingin membuat produk serupa dengan tujuan untuk petani maka ini kabar baik untuk pertanian kita.
Â
Sumber:
Kompas edisi 12 Januari 2016 Kanal Sosok
Wikipedia.com
Balai Penelitian Tanah, Penelitian dan Pengembangan, Dinas Pertanian Bogor.
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H