Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa media sosial, meskipun memiliki potensi untuk memfasilitasi diskursus yang inklusif dan demokratis, juga dapat memperkuat bias dan polarisasi melalui fenomena echo-chamber. Oleh karena itu, penting bagi kita semua, sebagai pengguna media sosial, untuk mengembangkan literasi media yang kuat, berpikir kritis, dan berusaha untuk memahami berbagai perspektif. Hanya dengan cara ini kita dapat memanfaatkan potensi positif media sosial sambil meminimalkan dampak negatifnya.
Referensi
Bernhardt, D., Krasa, S., & Mattias Polborn. (2008). Political polarization and the electoral effects of media bias. Journal of Public Economics, 92(5-6), 1092–1104. https://doi.org/10.1016/j.jpubeco.2008.01.006
Hong, S., & Sun Hyoung Kim. (2016). Political polarization on twitter: Implications for the use of social media in digital governments. Government Information Quarterly, 33(4), 777–782. https://doi.org/10.1016/j.giq.2016.04.007
‌Martinelli, C. (2006). Would rational voters acquire costly information? Journal of Economic Theory, 129(1), 225–251. https://doi.org/10.1016/j.jet.2005.02.005
News, U. (2019, November 19). Fenomena Post-Truth dan Echo-Chamber dalam Kontestasi Politik Jokowi-Prabowo di Medsos - Unair News. Retrieved October 30, 2023, from Unair News website: https://news.unair.ac.id/2019/11/19/fenomena-post-truth-dan-echo-chamber-dalam-kontestasi-politik-jokowi-prabowo-di-medsos/?lang=id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H