Filsafat Immanuel Kant mengajukan pertanyaan mendalam tentang hubungan antara kebahagiaan dan moralitas. Ia menyoroti perbedaan esensial filosofis antara kebahagiaan yang rasional dan Kebahagiaan dipikirkan, serta pentingnya universalitas dalam konteks kebahagiaan. Untuk lebih memahami pandangan Kant, mari telusuri inti dan nilai-nilai sentral dari filsafatnya.
Kebahagiaan Menurut Immanuel Kant
Kant melihat kebahagiaan sebagai aspek yang bukan landasan utama dalam menilai moralitas. Baginya, kebahagiaan cenderung terkait dengan kepuasan keinginan dan kecenderungan pribadi, berlawanan dengan tindakan moral yang seharusnya didasarkan pada kewajiban dan prinsip moral yang bersifat universal. Kebahagiaan yang rasional, dalam konsep Kant, timbul dari tindakan sesuai dengan imperatif kategoris, bukan dari keinginan subjektif.
Moral, untuk apa?
Moralitas, menurut Kant, bukanlah instruksi untuk bagaimana menjadi bahagia, bukan untuk mencapai kebahagiaan, melainkan merupakan syarat-syarat rasional (conditio sine qua non) kebahagiaan. Bila kita bermoral kita dapat berharap bahwa kita akan berbahagia. Tapi harus diingat, motivasi kita untuk bermoral bukanlah untuk mencapai kebahagiaan (heteronomi), melainkan kebahagiaan itu dapat kita peroleh kalau kita bermoral.
Kebahagiaan yang Rasional vs Kebahagiaan yang Dipikirkan
Kebahagiaan yang rasional, bersumber dari akal budi dan kewajiban moral, ini sejalan dengan prinsip-prinsip moral universal yang dapat dijadikan hukum bagi seluruh umat manusia. Di sisi lain, kebahagiaan yang dipikirkan lebih berkaitan dengan kepuasan keinginan pribadi dan mungkin tidak selalu sejalan dengan norma-norma moral yang universal. Kant menegaskan bahwa kebahagiaan yang dipikirkan bukanlah tujuan moralitas. Meskipun dapat menjadi konsekuensi dari tindakan moral, parameter penilaian moral tetap terletak pada tindakan itu sendiri, berdasarkan imperatif kategoris dan kehendak baik. Universalitas memegang peranan istimewa dalam prinsip moral Kant. Kebahagiaan yang universal, menurutnya, adalah kebahagiaan yang berlaku untuk semua manusia tanpa memandang perbedaan individu. Hal ini terkait erat dengan konsep imperatif kategoris yang mewajibkan tindakan dapat dijadikan hukum universal.
Kebahagiaan sebagai Postulat Moralitas Menuju Summum Bonum
Filsafat moralitas Immanuel Kant mencapai puncak dengan mengangkat kebahagiaan sebagai postulat moralitas yang mengarah pada pencapaian summum bonum, atau kebaikan tertinggi. Postulat moralitas adalah sesuatu yang harus diterima agar pemahaman atau rasionalitas lainnya dapat dipahami. Dalam konteks ini, terdapat tiga postulat moralitas kunci kebebasan, keabadian jiwa, dan eksistensi Tuhan.
- Kebebasan Kebebasan adalah dasar dari tindakan moral. Tanpa kebebasan, tindakan kita tidak dapat dianggap sebagai hasil dari kehendak bebas dan oleh karena itu tidak memiliki nilai moral. Postulat kebebasan memerlukan kita untuk mengakui dan menerima bahwa kita memiliki kebebasan untuk membuat pilihan moral yang benar.
- Keabadian Jiwa (Unsterblichkeit der Seele)Â Keabadian jiwa adalah postulat yang mengarah pada keyakinan akan keabadian atau kelangsungan hidup jiwa setelah kematian. Ini diperlukan agar tindakan moral kita memiliki akibat atau konsekuensi yang adil, terlepas dari keadaan segera setelah tindakan tersebut. Keabadian jiwa memastikan bahwa keadilan dan nilai moral memiliki dimensi yang melampaui kehidupan kita di dunia ini.
- Eksistensi Tuhan (Dasein Gottes)Â Eksistensi Tuhan adalah postulat yang berkaitan dengan keyakinan akan keberadaan Tuhan. Kant meyakini bahwa keberadaan Tuhan diperlukan untuk menjamin keadilan absolut dan keselamatan jiwa dalam jangka panjang. Tuhan dianggap sebagai dasar bagi aturan moralitas yang objektif dan keberlanjutan nilai-nilai moral.
Andaikan kita memiliki segala kebahagiaan yang mungkin di dunia ini, apakah kita akan menyimpan kebahagiaan itu hanya untuk diri sendiri, ataukah kita juga akan membagikannya kepada orang lain untuk menciptakan kebahagiaan bersama?
....Mengapa?