Mohon tunggu...
Renaldi Bayu
Renaldi Bayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - I'm a Student of Accounting at Udayana University.

@malleumiustitiae @refknow (Enjoy Writing, Reading and Dialectics)

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Membangun Masa Depan Kampus yang Lebih Adil: Solusi untuk Politik Kampus yang Kejam

16 November 2023   09:43 Diperbarui: 27 November 2023   14:07 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemikiran tentang politik kampus merupakan topik yang relevan dan penting bagi banyak mahasiswa. Politik kampus memiliki pengaruh besar terhadap bagaimana sebuah perguruan tinggi dijalankan dan bagaimana mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan, dalam perspektif ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana politik kampus terasa kejam, mengapa hal ini menjadi masalah, serta tantangan yang dihadapi mahasiswa yang berusaha mendapatkan posisi kepemimpinan. “Kejamnya” politik kampus dapat terasa. Pola pikir ini sering muncul dari pengalaman mahasiswa yang merasa bahwa politik kampus memiliki aspek-aspek yang mengesampingkan mereka atau menempatkan tekanan yang tidak adil. Beberapa aspek yang menjadikan politik kampus terasa kejam antara lain:

  1. Ketergantungan pada Relasi dan Koneksi: Dalam politik kampus, seringkali keputusan seleksi pengurus atau kepanitiaan didasarkan pada relasi dan koneksi yang dimiliki calon. Mahasiswa yang sudah memiliki jaringan yang kuat dengan anggota organisasi atau BEM/DPM dapat mendapatkan keunggulan yang signifikan. Ini mungkin menyebabkan mahasiswa lain merasa bahwa mereka tidak memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan posisi penting.

  2. Prioritas Pengalaman dan Keterampilan: Politik kampus sering lebih mendahulukan pengalaman dan keterampilan tertentu daripada semangat belajar atau niat baik. Calon yang telah terlibat dalam berbagai kegiatan atau telah mengembangkan keterampilan tertentu lebih mungkin diterima dalam posisi kepemimpinan, bahkan jika mereka tidak memiliki keinginan kuat untuk memajukan organisasi tersebut. Ini dapat meremehkan komitmen pada pembelajaran dan pengembangan pribadi.

  3. Kurangnya Transparansi: Proses seleksi dalam politik kampus kadang-kadang kurang transparan, yang dapat meningkatkan persepsi ketidakadilan. Mahasiswa mungkin tidak memahami sepenuhnya kriteria seleksi atau mengapa keputusan tertentu diambil. Kurangnya transparansi ini dapat menciptakan kecemasan dan ketidakpercayaan terhadap sistem politik kampus.

  4. Kemungkinan Nepotisme: Beberapa kasus nepotisme atau praktik diskriminatif lainnya mungkin muncul dalam politik kampus, di mana posisi penting diberikan kepada teman-teman atau kerabat terdekat tanpa mempertimbangkan kemampuan atau kontribusi yang sebenarnya. Hal ini dapat membuat mahasiswa yang berusaha mendapatkan posisi merasa putus asa.

  5. Tantangan Pengembangan Regenerasi: Pengembangan regenerasi yang sehat dan berkelanjutan dalam organisasi kemahasiswaan bisa menjadi sulit ketika seleksi lebih cenderung memilih anggota yang sudah memiliki pengalaman. Ini dapat berdampak pada keberlangsungan organisasi dan menghambat kesempatan bagi mahasiswa baru untuk berkontribusi.

Meskipun politik kampus mungkin terasa bengis, penting untuk diingat bahwa tidak semua organisasi atau perguruan tinggi menghadapi masalah yang sama. Banyak mahasiswa tetap berhasil dalam mengejar posisi kepemimpinan dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Bagaimanapun, kesadaran akan isu-isu tersebut dan upaya untuk memperbaiki sistem politik kampus adalah langkah awal dalam mengatasi perasaan bahwa politik kampus adalah sebuah tantangan yang bengis.

Politik Kampus yang Kejam

Pandangan awal mengenai politik kampus sebagai sesuatu yang kejam mungkin terdengar subyektif, namun bukanlah pandangan yang tidak beralasan. Mahasiswa seringkali merasa bahwa politik kampus lebih cenderung memberikan posisi kepada mereka yang sudah memiliki hubungan yang kuat dengan badan eksekutif mahasiswa seperti BEM/DPM atau organisasi kemahasiswaan lainnya. Ini dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam peluang bagi mahasiswa yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan kemahasiswaan.

Penolakan Terhadap Mahasiswa yang Berfokus pada Pembelajaran

Sebuah masalah yang muncul adalah penolakan terhadap mahasiswa yang berfokus pada pembelajaran daripada politik kampus. Kriteria seleksi yang lebih mementingkan pengalaman dan keterampilan tertentu seringkali membuat mahasiswa yang niatnya belajar merasa tidak diakui. Ini menciptakan situasi di mana yang dipilih adalah mereka yang sudah dikenal dan memiliki keahlian tertentu, sementara yang berada di belakang harus memiliki Surat Keterangan Pengalaman (SKP) sebelum lulus, yang menjadi tantangan tersendiri.

Kesulitan Mencari Regenerasi Baru

Tantangan lain adalah kesulitan dalam mencari regenerasi baru. Mahasiswa yang ingin mengambil peran kepemimpinan dalam kegiatan kemahasiswaan seringkali harus bersaing dengan mereka yang sudah memiliki relasi dan koneksi yang kuat. Meskipun ini adalah tantangan besar, hal ini tidak boleh menjadi alasan untuk berhenti berjuang. Mahasiswa harus tetap mempertahankan semangat mereka untuk berkontribusi meskipun mereka mengalami penolakan.

Demokrasi dan Rotasi Anggota

Pemikiran tentang demokrasi menjadi penting dalam konteks politik kampus. Prinsip demokrasi adalah memungkinkan sirkulasi anggota dan pergantian kepemimpinan. Namun, terkadang, pelaksanaan demokrasi ini mungkin tidak berjalan dengan baik dalam politik kampus. Pengalaman penolakan, terutama setelah memberikan argumen yang kuat untuk kontribusi di organisasi, dapat menjadi sebuah kekecewaan yang besar.

Kesimpulan

Pemikiran tentang politik kampus yang kejam memang bukan tanpa dasar. Mahasiswa sering menghadapi tantangan dalam mencapai posisi kepemimpinan dalam kegiatan kemahasiswaan, terutama jika mereka lebih fokus pada pembelajaran daripada politik kampus. Penting untuk terus menjaga semangat dan menjalani proses seleksi dengan penuh dedikasi. Pemahaman akan prinsip demokrasi dalam politik kampus juga harus digalakkan agar rotasi anggota dan kepemimpinan bisa berjalan lebih efektif. Dengan cara ini, kita dapat mengurangi kesan kejamnya politik kampus dan menciptakan lingkungan yang lebih inklusif bagi semua mahasiswa. Dalam mengatasi tantangan politik kampus yang kejam, langkah pertama adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang proses seleksi dan demokrasi di perguruan tinggi. Mahasiswa perlu tahu hak-hak mereka, termasuk hak untuk menyuarakan kekhawatiran dan berpartisipasi dalam perubahan sistem politik kampus. Selain itu, mahasiswa juga perlu memperkuat kemampuan mereka dalam hal keterampilan sosial, kepemimpinan, dan komunikasi. 

Ini dapat membantu mereka bersaing secara lebih merata dalam politik kampus. Perguruan tinggi juga dapat mempertimbangkan kebijakan yang lebih transparan dalam proses seleksi dan pengambilan keputusan, sehingga mahasiswa merasa bahwa mereka memiliki kesempatan yang lebih adil. Selanjutnya, pengembangan regenerasi yang sehat harus menjadi prioritas. Ini termasuk memberikan kesempatan yang lebih besar bagi mahasiswa baru untuk berpartisipasi dalam organisasi dan kegiatan kemahasiswaan. Dengan demikian, mereka dapat membawa ide-ide segar dan energi baru, yang diperlukan untuk pertumbuhan berkelanjutan organisasi. Dalam menjalani politik kampus, mahasiswa juga harus tetap memelihara semangat mereka untuk berkontribusi dan memperjuangkan perubahan. Mereka dapat mencari dukungan dari sesama mahasiswa, dosen, atau organisasi-organisasi mahasiswa yang berbagi nilai-nilai yang sama.

Terakhir, penting untuk mengingat bahwa politik kampus tidak harus selalu kejam. Dengan upaya bersama dan kesadaran akan isu-isu tersebut, mahasiswa dapat berperan dalam menciptakan lingkungan yang lebih adil, inklusif, dan berpusat pada pembelajaran di perguruan tinggi. Politik kampus yang lebih baik dapat memperkuat partisipasi dan pengembangan pribadi mahasiswa, yang pada akhirnya akan membawa manfaat besar bagi seluruh komunitas kampus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun