Sepanjang masa itu, BPS melakukan uji coba pengembangan metode baru yang dinamakan KSA (Kerangka Sampel Area). KSA merupakan survei berbasis area yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap sampel segmen dan bertujuan untuk mengestimasi luas dari sampel ke populasi dalam periode yang relatif pendek.
Bekerja sama dengan para peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), KSA dikembangkan dengan menggunakan teknologi era digital (HP berbasis android) dengan memanfaatkan citra satelit.
Pendekatan KSA diharapkan mampu menjawab penyediaan data dan informasi yang akurat dan tepat waktu untuk mendukung perencaan Program Ketahanan Pangan.
KSA pada prinsipnya membagi habis luas lahan baku menjadi grid. Grid dibagi habis menjadi segmen berukuran 300m x 300m, kemudian diambil sampel segmen tiap Kabupaten/Kota yang akan diamati fasenya dan dilaporkan melalui aplikasi KSA selama 12 bulan setiap minggu terakhir.
KSA mulai dilaksanakan pada awal tahun ini dengan obyek komoditas pertanian tanaman pangan khususnya padi. Jika dimungkinkan kegiatan ini akan diperluas untuk komoditas tanaman pangan lainnya.
Dengan metode ini diharapkan akan mendapatkan data luas lahan pangan yang lebih berkualitas yang menggambarkan kondisi sesungguhnya. Dengan data luas lahan pangan yang lebih akurat, tentunya penghitungan produksi padi menjadi lebih akurat karena luas lahan merupakan salah satu variabel dalam perhitungan produksi. Penghitungan produksi padi yang lebih akurat tentunya akan sangat mendukung perencanaan kebijakan dalam pembangunan ketahanan pangan nasional.
Penulis adalah Koordinator Statistik Kecamatan BPS Kabupaten Pandeglang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI