Mohon tunggu...
Bayu_Al
Bayu_Al Mohon Tunggu... Penulis - Terus Berkarya

Aku selambar daun terakhir, Mencoba bertahan diranting yang membenci angin. ••••••••••••• Aktif Organisasi Sosial dan Pelukis Senjiwanya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perbincangan Luka Lama (Puisi dalam Cerpen)

2 Januari 2024   00:55 Diperbarui: 9 Januari 2024   03:40 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perbincangan Luka Lama (Puisi Dalam Cerpen)

Duduk perbincangan nona,
Di pangkuan senja,
hati bagai reruntuhan luka lama,
nona pilu terukir dalam nada.
Kata-kata tercekat dalam luka,
layu seperti bunga senja,
Kesedihan merayap candramawa,
seperti kabut merangkum kata.

Kata mereka pula,
Kata memainkan luka,
Luka memainkan kata,
Kata pula bisa jadi bahagia,
Meracik manis mu nona,

Bagaikan peran utama,
peran yang tak terlihat,
bisa dirasakan dalam dada,
sampai relung jiwa yang terpikat,

Kesedihan merayap candramawa,
Bincangan ucap mu maracut dalam luka lama,
sebuah kisah lalu jadi makna,
jadi makna membagongkan buat luka.

Sudah nona,
sudah cukup,
cukup sudah,
aku pula memendam luka,
namun pula memendam rasa,
aku mencintaimu sejak lama,
namun aku pula bagong tak berani ucapkan cinta.

Awal tahun baru
Jakarta, 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun