Mohon tunggu...
Bayu Nugraha Saputra
Bayu Nugraha Saputra Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Disinilah aku menjejak dan melangkah...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Factory Outlet

30 Desember 2011   02:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:35 3629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan Factory Outlet di Kota Bandung adalah sebuah cerita yang menarik. Kisah ini dimulai dari krisis moneter yang terjadi pada kurun waktu 90-an. Dari sanalah lahir ide untuk mendirikan Factory Outlet. Factory Outlet atau yang dikenal dengan FO adalah sebuah bisnis industri pakaian dengan konsep dasarnya yaitu menjual sisa barang dari pabrik kualitas ekspor yang dijual dengan harga miring alias murah.

Seiring dengan perjalanan waktu, FO berkembang hingga mempunyai pabrik khusus sendiri. Sementara itu manajemen yang dijalankan sebuah FO sangatlah bergantung dari para pemilik usahanya. Mungkin FO terdahulu berbeda dengan FO yang sekarang. Dulu orang memulai kegiatan ini sebagai solusi dari himpitan krisis ekonomi karena PHK yang melanda atau diberhentikan dari pekerjaannya masing-masing.

Sekarang FO berdiri betul-betul murni untuk membangun usaha dengan jalan memproduksi barang yang akan dijual serta mendistribusikannya. Konon, FO yang sekarang berkiblat kepada trend atau gaya yang sedang berkembang di negara-negara Korea, Jepang, bahkan Amerika. Contoh, ketika di Korea pakaian yang sedang menjadi trend setter saat itu misalnya baju model A, maka di Indonesia khususnya di Bandung para desainer FO turut melakukan adaptasi yang disesuaikan dengan bahan kain, kondisi iklim, serta cuaca di negara kita.

Langkah dan tindakan ini dapat dimengerti karena para pelaku bisnis yang bergerak di bidang FO,  tidak mungkin untuk menggunakan bahan pakaian yang sama persis digunakan Korea atau Amerika disebabkan oleh perbedaan wilayah geografis. Yang membedakan antara FO yang satu dengan yang lainnya adalah desain model yang digunakan. Hal tersebut dapat terlihat dari karakter FO yang ditampilkan. Setiap FO mempunyai gaya dan trend fashion sesuai dengan citranya.

Faktor perbedaan inilah yang memisahkan antara FO yang satu dengan lainnya sehingga diantara mereka dapat menghindari masalah pembajakan gaya maupun model yang sedang digemari. Selain itu kalau pun ada FO yang meluncurkan satu desain yang hampir mirip dengan desain FO lainnya tercegah pada merek FO yang bersangkutan. Itulah manfaat merek sebuah produk. Sangat berguna dalam kompetisi bisnis.

Sampai sekarang yang masih belum dimengerti dan menjadi pertanyaan adalah kenapa FO itu selalu diserbu orang banyak sampai dalam jumlah yang berbondong-bondong? Meskipun bisa dikatakan bahwa segmen pembeli hanya kalangan menengah ke atas saja. Salah satu penyebabnya karena faktor harga. Ditambah dari soal gaya dan mode pakaian yang tidak umum. Sebab buat kalangan menengah ke atas yang tidak mempunyai masalah dengan keuangan, harga bukanlah sesuatu yang menjadi masalah.

Oleh sebab itu kalau kita lihat ada orang dengan potongan baju yang tidak biasa atau tidak umum, kemungkinan besar pakaian yang dikenakan merupakan barang FO. Karena di luar yang namanya komunitas FO, kita  tidak akan menemukan barang yang sama. Apalagi di tempat umum seperti pusat perbelanjaan toko baju. Berbicara yang tidak umum mengenai pakaian, tren ini menghampiri model baju artis yang dikenakan. Para artis sangat gemar berbelanja di tempat-tempat seperti FO. Karena kalau harus belanja di tempat umum akan menarik perhatian pengunjung lainnya yang menyebabkan mereka tidak fokus belanja, melainkan sibuk melayani para penggemar.

Selain di FO mereka juga sering berbelanja di tempat seperti Distro. Jadi artis juga dalam hal busana, mereka melakukan hal yang tak biasa untuk mendukung penampilannya. Ada sedikit tambahan. Untuk acara tertentu para artis kita ini sering mengunjungi butik. Sebab lain mereka sering ke tempat tersebut adalah menyediakan satu barang, satu gaya, satu mode, satu ukuran.

Melihat kenyataan seperti itu FO sekarang bertransformasi. Kalau dulu menjadi salah satu bagian dalam alternatif  membeli barang murah dengan cita rasa kualitas baik. Sementara saat ini kalau kita membeli di FO harganya menjadi setinggi langit. Itulah salah satu perbedaan yang terjadi sekarang ini. Faktor lainnya adalah citra FO di masyarakat umum prestise-nya meningkat.  Pada masa awal merintis, banyak pelaku FO yang berjualan di mobil-mobil. Kemudian barang yang dijualnya betul sisa ekspor yang djual dengan harga yang murah.

Untuk ukuran jaman sekarang FO tidak melakukan hal yang sama. Itu karena FO punya pabrik sendiri. Mulai dari membuat pakaian, model,  style, dan lantas berkembang menjadi suatu industri yang benar-benar utuh dan tersendiri. Ada klaim di kalangan usahawan yang bergerak di bidang FO dengan menyebutkan bahwa mereka membuat suatu model pakaian yang berbeda daripada lazimnya. Dibuat dengan berbagai ukuran, untuk jangka waktu tertentu, dan dalam waktu yang pendek, misalnya dua minggu.

Sumbernya diadaptasi dari model-model luar negeri. Jangka waktu model ini tidak menentu kadang satu minggu sudah berganti dengan model yang baru. Tetapi ada juga sebagian FO yang tak konsisten memegang falsafah tersebut. Model terbatas, edisi terbatas dan gaya yang terbatas ternyata bisa diperpanjang apabila banyak dibeli konsumen. Jangka waktu satu hingga dua minggu pun bisa berubah menjadi beberapa minggu atau bulan.

Bahkan model dan gaya yang diproduksi dapat dijumpai di FO lain dengan model dan gaya yang hampir sama.  Ada juga yang lebih ekstrem gaya serta model pakaian yang lagi laku keras, muncul kembali dan berulang-ulang dalam setiap edisi. Kalau begitu bukan edisi terbatas lagi namanya, tapi FO (Fokus Omset)? "Ah, apalah arti sebuah nama...," begitu kata Shakespeare. FO pun terbelah menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama yaitu FO yang memegang erat tradisi yakni desain dan produksi terbatas. Sementara kelompok terakhir yaitu FO yang menempuh paham bisnis seutuhnya. Yaitu memproduksi pakaian sesuai dengan trend pasar konsumen yang ada.

Anda pilih yang mana? Serahkan sepenuhnya pada kuasa takdir uang di kantong kita.

***


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun