Mohon tunggu...
Bayu Windiharto
Bayu Windiharto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ekonomi Sumber daya dan Lingkungan IPB. Ahli goreng tempe, asalkan tujuannya untuk gosong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ke Manakan 'Jlaburan'ku?

6 Agustus 2012   23:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:10 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ramadhan, seorang anak laki-laki berjalan kaki pulang ke rumah larut malam dengan tersenyum lebar. Di teras rumah, kedua orangtuanya menyaksikan anak kecil tersebut sedang memeluk makanan ringan dengan bantuan sarung bermotif batik melingkari tubuh mungilnya. Tak lama kemudian Ayahnya mengusap-usap rambut si anak dan menggendongnya masuk ke dalam rumah.

Setelah beberapa saat, sang Ibu bertanya kepada anak laki-laki itu bagaimana sholat tarawih berjamaah di masjid tadi.

‘Menyenangkan Bu. Temennya banyak. Pas pulang teman-teman kecilku dapat makanan semua ! Seru !’.

Sang Ibu tersenyum dan bertanya lagi kepada sang anak.

‘Tapi di masjid jangan ramai ya. Ikut sholat sampai akhir kan?’.

‘Heem !’. Jawab sang anak laki-laki sambil membuka makanan ringan yang didapatnya dari masjid tadi.

Penggalan cerita diatas mengilustrasikan seorang anak laki-laki berumur 4 tahun ketika enam belas tahun yang lalu. Hampir setiap malam pada bulan ramadhan anak laki-laki tersebut sangat rajin pergi ke masjid untuk sholat tarawih berjamaah. Selain dapat sholat tarawih berjamaah bersama teman-teman sebayanya, anak laki-laki itu juga mendapatkan jlaburan ketika sepulang sholat tarawih berjamaah. Yah, maklum masih anak-anak. Senang ketika mendapat hadiah.

Jlaburan dalam bahasa jawa berarti makanan kecil atau minuman yang biasanya dibagi-bagikan di masjid sehabis sholat tarawih. Bagi anak yang dibesarkan di jawa seperti saya, tentunya sempat menikmati enaknya jlaburan yang entah dari mana asal-usulnya itu.

………..

Enam belas tahun kemudian ketika saya kembali ke kampung halaman dan rindu akan euforia ramadhan di masjid kampung. Jlaburan-jlaburan setelah sholat tarawih itu sudah tak ada lagi. Entah kemana budaya jlaburan yang sangat menyenangkan di kampungku ini. Apakah karena semua orang semakin sibuk dengan urusan besarnya hingga lupa dengan hal-hal kecil yang menyenangkan anak-anak kecil?

Bukan, bukan karena saya pergi ke masjid di kampung kali ini untuk mencari minuman atau makanan kecil. Saya hanya rindu melihat anak-anak kecil bersarung lucu pulang dari masjid dengan tersenyum bahagia membawa minuman atau makanan ringan.

Dan berharap semoga ketika kelak mereka dewasa, mereka tetap bahagia pulang dari masjid. Tersenyum bahagia karena pahala dan keikhlasan mereka beribadah di bulan ramadhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun