Seingat saya, di gerbang tadi ada pos satpam. Melangkahlah kaki ini ke sana, demi sebuah kepastian.
"Permisi, Pak!" sapa saya.
Ini sistem naik busnya bagaimana ya? Sudah dari tadi saya di museum kok belum ada pengumuman juga. Apa nanti langsung masuk saja pas jamnya?" tanya saya ke petugas satpam.
Dan... malapetaka itu tiba.
"Ya daftarlah, Dek. Ini bisa tulis namanya di buku." Petugas satpam menjelaskan. Kemudian ditunjukkanlah olehnya buku pendaftaran peserta tur, "Tapi ini untuk tur yang terakhir sudah penuh. Bisa ikut yang besok paling."
Mendengar perkataannya, rasanya sakit sekali. Saya kena PHP. Bayangkan, sudah bersepeda kala matahari terik, hasilnya malah jauh dari keinginan. Sampai sekarang pun, saya belum pernah kembali ke museum itu atau sekadar ingin mengikuti tur SHT lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H