Mohon tunggu...
Bayu Mustaqim Wicaksono
Bayu Mustaqim Wicaksono Mohon Tunggu... Teknisi - Bayu

Mempelajari kapal, mengerjakan pesawat, menyukai kereta api, menggunakan sepeda, dan memilih mobil sebagai alternatif terakhir alat transportasi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Go FWD untuk Gapai Puncak Rinjani

18 Januari 2017   21:52 Diperbarui: 18 Januari 2017   22:07 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengabadikan pemandangan saat pendakian bersama kawan dalam memori. (Irhas M. Rosyid)

“Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.”

Begitulah kata Soe Hok Gie tentang kegiatan pendakian gunung. Sebuah idealisme yang tinggi. Dan sekarang, semakin banyak orang yang melakukan “pendakian” bukan hanya karena idealisme melainkan karena telah menjelma menjadi gaya hidup, meskipun risiko dalam aktivitas alam tersebut tidak bisa dianggap remeh.

Irhas Muhammad Rosyid adalah salah satu contohnya. Dia mulai melakukan pendakian saat masih menduduki bangku SMK. Bersama teman-temannya, Irhas memilih Gunung Lawu sebagai madrasah lapangan pertama untuk belajar mengenal alam.

Pilihan tersebut diambil karena Lawu merupakan gunung terdekat yang bisa dicapai dari sekolahnya yang berada di Madiun. Selain itu, pendakian ke Gunung Lawu pun sudah cukup familiar dan biasa dilakukan. Beberapa orang bahkan melakukan pendakian ke Gunung Lawu dengan bekal dan perlengkapan ala kadarnya.

Sayangnya, pendakian pertama itu tidak berlangsung mulus. Akan tetapi, pengalaman pertama yang tidak menyenangkan tidak membuat langkahnya surut. Justru kini ia sedang mempersiapkan pendakian ke Gunung Rinjani pada pertengahan tahun ini.

Tahun 2013 lalu, acara pendakian ke Gunung Lawu yang awalnya diprediksikan tidak akan menemui kesulitan yang berarti, justru berakhir sebaliknya. Mereka dihadapkan pada amukan hujan badai.

Rombongan pendaki sedang beristirahat. (ILUSTRASI / Irhas M. Rosyid)
Rombongan pendaki sedang beristirahat. (ILUSTRASI / Irhas M. Rosyid)
Tidak ada tanda-tanda hal buruk akan terjadi saat Irhas dan rombongannya, yang terdiri atas 5 laki-laki dan 5 perempuan, memulai perjalanan. Hingga akhirnya di Pos 5 laku alam berubah. Kabut tak kunjung menipis biarpun hari telah pagi. Pendakian menuju puncak yang sedianya akan dimulai pagi itu terhalang oleh terpaan angin yang kencang.

Pukul 8, ketika angin bertiup keras, mereka memutuskan untuk memecah rombongan. Lima orang yang sebelumnya sudah pernah mendaki Gunung Lawu berangkat untuk mengecek jalur. Bersamaan dengan kepergian mereka, badai semakin membesar diselimuti oleh hujan.

Di sekitar pos 5, tempat mereka bermalam, badai berhasil mematahkan salah satu dari dua tenda yang mereka bawa. Irhas bersama sisa anggota rombongan yang tidak pergi menuju puncak terpaksa berlindung di satu tenda yang tersisa. Itu pun dengan kondisi tenda yang bocor karena robek.

Pada saat itu, ketiga teman perempuannya kedinginan dan seorang teman laki-lakinya menggigil keras. Karena hanya dirinya satu-satunya yang masih dalam keadaan sehat di tenda, dia berusaha semaksimal mungkin untuk menolong temannya yang lain dengan berharap teman-teman lain yang mengecek jalur segera kembali.

Apapun dilakukan, mulai dari mengumpulkan semua orang dan membentuk lingkaran, membungkus mereka dengan sleeping bag, dan membuatkan minuman hangat. Untung, berangsur-angsur keadaan mereka semakin membaik meskipun hujan badai masih deras di luar.

Perjalanan akhirnya dilanjutkan begitu teman-teman yang mengecek jalur kembali lagi. Dari penuturan mereka, diketahui bahwa kondisi badai di puncak lebih buruk karena jarangnya vegetasi. Puji syukur, tidak terjadi hal-hal yang lebih buruk saat mereka bersama-sama menggapai Puncak Lawu.

Pendakian pertama tersebut sangat berbekas di ingatan pemuda asal Ngawi itu. Pendakian-pendakian selanjutnya pun dilaksanakan dengan perencanaan yang matang dan perbekalan yang baik. Ia sadar bahwa risiko pendakian tidak bisa dihilangkan tetapi bisa dikelola.

Sampai saat ini, telah banyak puncak yang digapai oleh Irhas, seperti Arjuno dan Semeru. Bahkan setelah bekerja di maskapai penerbangan pun, ia masih menyempatkan waktu mendaki Gunung Gede dan Pangrango, Gunung Prau, Gunung Merbabu, dan berbagai gunung di Pulau Jawa.

Kini, impian selanjutnya untuk mendaki Rinjani sudah kian dekat. Pendakian yang semula direncanakan Januari lalu harus direncanakan ulang pada pertengahan tahun ini karena penutupan jalur pendakian yang masih berlangsung sampai sekarang.

Transportasi sudah siap. Tiket sudah di tangan dan pinjaman sepeda motor selama di Lombok sudah ada. Logistik pun telah siap. Terakhir, tinggal satu persiapan yang paling penting yang ia prioritaskan, yaitu mencari asuransi yang mau memahami risiko passion-nya tersebut.

Wajar saja, risiko pendakian Rinjani memang dikenal cukup tinggi, apalagi Irhas berencana untuk melakukan pendakian tunggal. Pengelolaan risiko secara pribadi saja dirasa tidak lagi cukup baginya.

Bebas Aksi

Hidup aktif dan tetap terlindungi, sebuah harapan dari para penyuka kegiatan alam bebas. (FWD)
Hidup aktif dan tetap terlindungi, sebuah harapan dari para penyuka kegiatan alam bebas. (FWD)
Untungnya, Irhas melihat review tentang asuransi Bebas Aksi dari PT FWD Life Indonesia. Pertama kali, ia tertarik dengan salah satu fitur utama asuransi ini: perlindungan atas dampak kecelakaan yang luas, hingga olahraga ekstrem sekalipun.

Sangat menggiurkan, mengingat banyak asuransi lain yang menolak perlindungan bagi penyuka olahraga berisiko tinggi. Bahkan ada yang menyamakannya dengan bunuh diri.

Proses pendaftaran asuransi pun mudah karena cukup dilakukan secara daring. Pendaftar juga tidak perlu melakukan pemeriksaan medis sebelum melakukan pembelian.

Ketika ia mempelajari lebih lanjut mengenai asuransi Bebas Aksi, Irhas merasa semakin klop dengan asuransi tersebut. Mengapa? Karena asuransi Bebas Aksi berlaku di seluruh dunia dan dapat dibeli untuk berbagai pilihan jangka waktu. Sangat cocok dengan pola aktivitas pendakian gunung.

Bebas Aksi FLASH 1 minggu dan 1 bulan memberikan manfaat perlindungan 25 juta rupiah dengan premi masing-masing 30 ribu rupiah dan 60 ribu rupiah. Ada pula Bebas Aksi FLASH 3 bulan yang mensyaratkan premi 180 ribu rupiah untuk manfaat perlindungan senilai 50 juta rupiah.

Yang paling istimewa adalah Bebas Aksi 1 tahun. Dengan premi hanya 55 ribu rupiah per bulan, manfaat pertanggungan yang akan didapatkan bisa mencapai 1 milyar rupiah. Semua ragam asuransi Bebas Aksi tersebut juga menjamin biaya perawatan senilai sepuluh persen dari manfaat perlindungan.

Setelah menimbang-nimbang berbagai pilihan, asuransi Bebas Aksi FLASH 1 minggu dirasa paling cocok untuk pendakian Gunung Rinjani nanti. Selanjutnya, dia cukup mengisi data diri melalui situs web ifwd.co.id lalu membayarkan preminya. Tanggal awal mulai pertangggungan pun bisa diatur saat melakukan pendaftaran.

Tiga langkah mudah mendaftarkan diri dalam asuransi Bebas Aksi. (FWD)
Tiga langkah mudah mendaftarkan diri dalam asuransi Bebas Aksi. (FWD)
Semudah itulah proses membeli asuransi Bebas Aksi yang dialami Irhas. Sebenarnya, di situs web itu calon pendaftar juga bisa bertanya melalui chat kepada pihak FWD Life bila ada hal yang belum dipahami. Namun, karena memang semua ketentuan sudah dimuat sangat gamblang pada penjelasan tiap-tiap jenis asuransi, fitur chat ini tidak perlu ia gunakan.

Pengalaman pendakian pertama di Gunung Lawu adalah pelajaran berharga tentang bahaya di balik passion-nya dan merupakan sebuah keharusan untuk menekannya sekecil mungkin. Dengan adanya asuransi Bebas Aksi ini, Irhas dapat lebih tenang melakukan passion-nya. Kini, ia siap membebaskan langkahnya dan menggapai puncak para dewa.

Menikmati sinar mentari yang menerobos tenda bersama teman sependakian. (Irhas M. Rosyid)
Menikmati sinar mentari yang menerobos tenda bersama teman sependakian. (Irhas M. Rosyid)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun