[caption caption="
Pramugari memperagakan prosedur keselamatan jika terjadi keadaan darurat di dalam pesawat, sebelum terbang dari Semarang menuju Jakarta, Minggu (4/1/2015). Demonstrasi ini penting untuk diperhatikan dan diketahui penumpang sebagai upaya meningkatkan keselamatan dalam penerbangan."][/caption]Pesawat terbang adalah pilihan transportasi teraman. Data menunjukkan, kecelakaan pesawat per mil terbang jauh lebih kecil daripada kecelakaan per kilometer perjalanan di jalan raya. Namun, kita harus tetap waspada karena faktor manusia dalam beberapa dekade terakhir berubah menjadi faktor utama penyebab kecelakaan, bukan lagi masalah teknis.
Mari ikuti beberapa langkah ini sebagai upaya menciptakan penerbangan yang aman. Supaya tidak bingung, yang dimaksud aman di sini adalah keamanan jiwa atau keselamatan (safety) ya..., bukan keamanan barang (security).
Pertama, pastikan naik pesawat terbang dengan menggunakan tiket resmi. Kenapa? Supaya nama kita tercantum dalam manifes (daftar) penumpang. Jika sewaktu-waktu terjadi masalah dalam penerbangan (mudah-mudahan sih ga), baik pihak maskapai maupun pemangku kepentingan lain pasti selalu menggunakan manifes penumpang sebagai data utama.
Orang-orang yang tidak tercantum namanya dalam manifes, kemungkinan akan luput dari perhatian. Padahal, tiket palsu atau tiket asli-tetapi-palsu pasti harganya lebih mahal daripada tiket resmi. Sudah bayar mahal, tetapi kalau orangnya hilang malah ga dicari, Âboro-boro dapat asuransi, kan rugi.
Kedua, terbanglah dalam keadaan sehat jiwa dan raga. Tidak ada satu pun maskapai udara yang menyediakan dokter atau tenaga medis lain selama penerbangan, di kereta aja ga ada. Kalau kereta api harus berhenti di stasiun terdekat, pesawat pun harus mendarat di bandara terdekat jika ada penumpang yang sakit, terutama yang terlihat parah.
[caption caption="Akses darurat pesawat Boeing 737-800 yang dapat digunakan saat pendaratan darurat di darat atau di air. (Bayu M. Wicaksono)"]
Orang-orang yang mengidap gangguan terkait penerbangan, ibu hamil, dan orang yang sewaktu-waktu bisa kejang sebaiknya didampingi jika melakukan penerbangan. Jika tidak bisa, lakukanlah cara lain untuk menurunkan risiko yang mungkin ditimbulkan akibat kondisi-kondisi tersebut. Sekali lagi ingat, tidak ada dokter di pesawat.
Ketiga, jangan bermain-main dengan barang bawaan. Bahan-bahan yang korosif, mudah meledak atau terbakar, beracun, bersifat radioaktif, atau mudah beroksidasi dilarang diangkut dengan mengunakan pesawat. Baterai litium berkapasitas besar dan alat pelumpuh seperti pistol listrik juga tidak boleh dibawa.
Aturan penerbangan memang ketat dan terstandar secara internasional. Semua itu diterapkan untuk menjaga keselamatan penumpang. Jadi, jangan coba-coba mengakali, kecuali cukup nyali menghadapi malaikat pencabut nyawa. Selain itu, pasti dijatuhi sanksi oleh negara. Banyak kan berita orang yang ditangkap karena ngaku-ngaku bawa bom? Apalagi bawa bahan berbahaya betulan hayoo.
Namun, ada sedikit kelonggaran. Barang-barang yang dapat membahayakan secara tidak langsung masih boleh dibawa, hanya saja harus diletakkan dalam kompartemen kargo. Benda-benda tajam dan alat pemukul termasuk dalam kategori ini.
Keempat, perhatikan petunjuk keselamatan yang ada. Beda pesawat, beda maskapai, beda pula petunjuk keselamatannya. Demo keselamatan yang diperagakan oleh pramugari harap disimak dengan saksama. Kalau demonya terlalu cepat atau ada yang belum dipahami, silakan baca kartu keselamatan yang ada di kantung kursi. Atau, bisa juga tanya ke pramugari, lumayan kan punya bahan pembuka obrolan.
[caption caption="Karyawan Lion Group menunjukkan kartu petunjuk keselamatan pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh Lion Air. (Bayu M. Wicaksono)"]
Selanjutnya, harap tidak mengotak-atik komponen pesawat. Tiap komponen itu penting dan saling menunjang terciptanya penerbangan yang aman. Pelampung jangan dijadikan mainan apalagi dibawa pulang. Lah, kalau saatnya dibutuhkan mau pakai apa? Pakai sarung? Sarung ga bisa bikin ngambang.
Perilaku lain yang juga berbahaya harus dihindari. Merokok misalnya, tidak ada lagi perdebatan haram, makruh, mubah. Di pesawat merokok pasti haram. Silakan nanya muter-muter ke usdadz seantero dunia kalau ga percaya. Membuka pintu atau jendela darurat dalam keadaan tidak darurat juga tidak dibenarkan. Kepanasan bukanlah keadaan darurat (kecuali panasnya karena kebakaran, itu juga ada prosedur bukanya), paham! Jika akses darurat terbuka, dapat dipastikan pesawat tidak akan bisa digunakan sampai dikembalikan dalam keadaan semula. Tertunda deh terbangnya.
Keenam, gunakan sabuk keselamatan, (lebih baik) selama duduk sepanjang penerbangan. Di darat saja kondisi cuaca mudah berubah, lebih-lebih di angkasa sana tempat awan bersemayam. Apalagi pesawat melaju hingga ratusan mil per jam. Rasanya memang tidak nyaman, tetapi relakanlah ketidaknyamanan sebentar itu daripada mendapat ketidaknyamanan jangka panjang karena kita abai terhadap keselamatan.
Sebagai motivasi, perlu disampaikan bahwa penumpang pesawat Aloha Airlines pada tahun 1988 di Hawai sana selamat seluruhnya walaupun kabin pesawat terlepas! Terlepasss! Nah, artinya tidak ada alat keselamatan yang dibuat sia-sia kan.
Terakhir dan utama, berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Secara psikologis, berdoa dapat menyebabkan ketenangan selama penerbangan. Secara agama, berdoa dapat menyebabkan turunnya rahmat dan perlindungan Tuhan. Berdoa juga dapat mengisi waktu luang selama di atas pesawat, itu secara hikmahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H