Mohon tunggu...
bayujati
bayujati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

swiming

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Andong dan Impian: Perjuangan Sang Kusir untuk Masa Depan Keluarga

24 Desember 2024   12:06 Diperbarui: 24 Desember 2024   12:06 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Andong dan Suasana Malioboro Di Siang Hari

Apa yang membuat seorang kusir andong di Malioboro rela bekerja dari pagi hingga larut malam, melawan lelah dan panas terik? Bagaimana mungkin dari penghasilan yang sering kali tak seberapa, ia mampu menyekolahkan anaknya hingga bangku kuliah? Pak Kusno, kusir andong berusia 48 tahun, memiliki jawabannya: tekad, doa, dan cinta tanpa syarat untuk keluarganya.

Di tengah hiruk pikuk Malioboro yang tak pernah sepi, ada kisah yang penuh perjuangan dan harapan dari seorang kusir andong bernama Pak Kusno. Pria berusia 48 tahun ini setiap hari menantang panas terik dan lelah demi menghidupi keluarganya. Dengan andongnya yang setia dan kuda bernama Gempita, ia telah menjalani profesi ini selama bertahun-tahun, mengantarkan wisatawan berkeliling menikmati pesona Yogyakarta. Namun, lebih dari sekadar mencari nafkah, ada cita-cita besar yang terus membara di hatinya: menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.  

Pak Kusno, seperti banyak kusir andong lainnya, bekerja keras sejak pagi hingga larut malam. Dari deru roda andongnya yang melaju di jalanan Malioboro, ia mengumpulkan pundi-pundi kecil demi kehidupan yang lebih baik. “Saya ingin anak-anak saya punya masa depan yang lebih baik daripada saya. Saya hanya sekolah sampai SD, dan saya tidak ingin mereka bernasib sama,” tuturnya dengan nada penuh tekad. Tekad inilah yang menjadi bahan bakar semangatnya, meski penghasilan dari mengemudikan andong sering kali tak seberapa.

Pekerjaan sebagai kusir andong tidaklah mudah. Meski terkadang tampak sederhana, banyak tantangan yang harus dihadapi. Di musim ramai wisatawan, penghasilan memang bisa sedikit meningkat, tetapi saat musim sepi atau hujan tiba, pendapatannya sering kali nyaris tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dalam kondisi seperti ini, Pak Kusno tidak menyerah begitu saja. Ia mencari pekerjaan tambahan, seperti menjadi buruh serabutan atau menjual kerajinan kecil yang dibuat oleh istrinya. “Apa saja yang penting halal, demi keluarga,” ujarnya sambil tersenyum getir.  

Meskipun harus berjuang melawan berbagai kesulitan, Pak Kusno selalu berusaha menanamkan nilai-nilai positif kepada anak-anaknya. Ia sering mengingatkan mereka untuk tidak menyerah dan terus mengejar pendidikan setinggi mungkin. Baginya, pendidikan adalah warisan terbaik yang bisa ia berikan. “Saya tidak punya harta. Tapi ilmu, itulah yang akan menjadi bekal mereka nanti,” katanya sambil menatap penuh harap.  

Anaknya yang sulung kini sedang menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri yang berada di Yogyakarta. Bagi Pak Kusno, melihat anaknya mengenakan jas almamater kampus adalah kebahagiaan yang tak ternilai. “Semua ini saya lakukan demi mereka. Saya ingin mereka punya kehidupan yang lebih baik daripada saya,” tambahnya dengan senyum bangga. Ia percaya, pendidikan adalah kunci perubahan, tidak hanya bagi anak-anaknya, tetapi juga bagi keluarga mereka secara keseluruhan.  
Di balik keberhasilan anak-anaknya, ada perjuangan besar yang sering kali tak terlihat. Saat hujan mengguyur Malioboro, Gempita harus tetap menarik andong dengan hati-hati di jalanan yang licin. Saat musim liburan usai dan wisatawan berkurang, Pak Kusno harus pandai-pandai mengatur keuangan agar kebutuhan keluarga tetap terpenuhi. Bahkan, ada kalanya ia harus berutang demi membayar biaya sekolah anak-anaknya. Namun, semua itu dijalaninya dengan lapang dada, karena ia tahu bahwa pengorbanan ini adalah bagian dari perjuangan menuju masa depan yang lebih cerah.  

Pak Kusno juga memiliki filosofi hidup yang ia pegang erat: bekerja keras dengan hati yang ikhlas dan selalu berdoa. Ia percaya bahwa usaha manusia harus diiringi dengan doa agar diberkahi. Setiap pagi sebelum memulai pekerjaannya, ia selalu meluangkan waktu sejenak untuk berdoa, memohon perlindungan dan kelancaran rezeki. “Saya percaya, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan orang yang berusaha dan berdoa,” katanya dengan keyakinan.  

Dalam kesehariannya, Pak Kusno juga dikenal ramah kepada para penumpangnya. Ia selalu berusaha memberikan pengalaman terbaik bagi wisatawan yang menaiki andongnya. Dengan senyum hangat, ia sering berbagi cerita tentang sejarah Malioboro, tempat-tempat menarik di Yogyakarta, hingga kisah tentang Gempita, kudanya yang sudah menemaninya selama bertahun-tahun. Sikap ramah dan tulus inilah yang membuat banyak wisatawan merasa nyaman dan kerap kali memberikan tip lebih sebagai tanda terima kasih.  

Perjuangan Pak Kusno juga tidak lepas dari dukungan sang istri. Istrinya adalah sosok yang tangguh, selalu mendukung dan membantu suaminya dalam segala hal. Di sela-sela waktu luang, ia membuat kerajinan tangan sederhana seperti gantungan kunci atau tas kecil yang kemudian dijual kepada wisatawan. “Kami berjuang bersama. Walaupun sulit, kami selalu saling mendukung,” ujar Pak Kusno dengan mata berbinar saat menceritakan tentang istrinya.  Kini, meski usia semakin bertambah, semangat Pak Kusno tidak pernah surut. Ia terus bekerja keras demi impiannya melihat semua anak-anaknya meraih pendidikan yang layak. Harapan besar itu menjadi penyemangat setiap kali ia melangkah ke Malioboro bersama Gempita. Baginya, setiap langkah kuda yang membawa wisatawan adalah langkah kecil menuju perubahan besar bagi keluarganya.  

Pak Kusno adalah contoh nyata bahwa cinta dan pengorbanan orang tua tidak mengenal batas. Dengan segala keterbatasannya, ia mampu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Kisahnya mengajarkan bahwa di balik setiap keberhasilan, selalu ada perjuangan dan doa yang tak kenal lelah. Ia berharap kelak anak-anaknya tidak hanya sukses secara materi, tetapi juga mampu menghargai perjuangan dan nilai-nilai kehidupan yang telah ia tanamkan.  “Hidup ini memang penuh perjuangan, tapi kalau kita punya tujuan yang jelas dan terus berusaha, pasti ada jalan,” kata Pak Kusno menutup pembicaraan. Dalam setiap langkah kuda Gempita di Malioboro, tersimpan harapan besar dan impian seorang ayah untuk masa depan keluarganya. Kisah Pak Kusno adalah bukti bahwa cinta, tekad, dan doa adalah kekuatan yang mampu mengubah nasib dan membawa kehidupan ke arah yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun