Jam sebelas malam tepat, jam di laptop gw. Mata ini sebenarnya sudah ngantuk, ingin rasanya gw segera tidur. Bukannya gw mau jahat pada diri ini, tapi gw ingin menulis minimal satu hal saja. Ya.... belakangan ini entah berapa kali, gw coba menulis tapi selalu gagal. Gw ga tahu kenapa, yang jelas ketika selasi menulis gw langsung menekan CTRL+A lalu tekan del. Sudah capek2 menulis segampang itu gw hapus. Dasar orang aneh !
Dalam keadaan mengantuk begini, gw berharap bisa biarpun itu ngelantur. Sekarang pertanyaannya, “ apa yang mau gw tulis ?”. Ngomongin politik, bukannya ga mau tapi cukuplah Televisi berformat siaran berita yang nganjakin masyarakat ribut soal ini dan itu yang ga jelas juntrungan. Dalam pikiran gw, sekarang udah TV begitu mirip Infotaiment aja. Hal yang membuat mereka beda hanyalah masalah yang dibahas yakni “Politik”. Tokoh Politik ibarat selebritis yang dikejar – kejar kemana pun. Skandal korupsi dinvestigasi seolah – olah mereka adalah polisi dan paparazzi. Meski terkadang tidak sadar, mereka sering melgwkan penghakiman media, orang yang belum dipastikan bersalahan seolah – olah dibuat bersalah dengan menonjolkan sisi negatifnya. Di situasi lain, acara di televisi berita ini seperti kontes calon bintang dengan kehadiran parodi politik, acara debat, talkshow dan sebagainya.
Nagantuk betul !!!!!
Mernacau soal apa lagi ya ? soal cinta aja kalee ye....satu hal yang gw tangkep dari ngomongin masalah beginian adalah ga habis – habis. Selalu ada variabel – variabel, kasus – kasus baru yang sebenernya mirip – mirip. Percaya ga loe, kalau ngomongin masalah harta – tahta dan cinta itu ga ada habisnya. Mulai dari ngomongin mimpiinnya, cara dapetnya, rasanya punya atau kehilangan dan sebagainya, selalu jadi bahan obrolan yang asik tapi ga ada habisnya.
gw punya sedikt lelucon,
Laki – laki bilang, “perempuan adalah manusia yang aneh”
Perempuan bilang, “Laki – Laki adalah manusia yang aneh”
Perempuan dan Laki – Laki adalah manusia
Jadi, Perempuan dan Laki – Laki adalah manusia yang aneh.
Alhasil, menurut gw kita ga perlu ngeributin “manusia yang aneh ini”. Lho kok ? Soalnya ga akan pernah cukup untuk membahas segala keanehan dalam hidup manusia. Akankah kita hanya akan menghabiskan waktu untuk membahasnya. Dalam paradigma yang sedikit sekuler, “ takkan cukup waktu untuk menikmati semua rasa senang dan sedih dalam hidup, manusia hanya bisa melakukan sebanyak – banyak yang ia bisa”. Pernyataan ini masuk akal. Ya, sekarang coba lu bayangin, apa kita punya cukup waktu rasain semua perasaan yang ada. Sebagai gambaran singkat .....
Apa kita punya cukup waktu untuk keliling dunia dan merasakan semua rasa yang ada. Rasa yang gw maksud di sini bukan cuma rasa makanan (taste) tapi juga perasaan (feel)*
Lu pernah ga ngerasain kehilangan motor ? menikah tanpa pacaran dulu ? gagap di atas panggung ? makan cotto makasar ? dapet hadiah dari mantan pacar ? di tolong sama musuh lu sendiri ? Dikhianti sama sahabat penting lu ? Tidur di jalan ? kehilangan privasi dalam hidup ? Dikeroyok sama orang ? Bisa menang debat sama dosen dan guru ? Kehabisan uang terus jalan kaki sampe rumah ? diputusin pacar ? ditinggal mati sahabat ? Berantem dengan adek ? Ngerasaiin gimana mudik ? Lebaran di perjalanan ? Jadi Polisi ? jadi Perampok ? jadi suster ? Jadi Dukun ? Jadi Pejabat ? Jadi Supir ? makan daging rusa ? punya istri lebih dari satu ? memilih jadi poliandri ? Jadi perempuan yang melahairkan ? Pernah Mati ?
Sekarang kita bisa jawab, berapa banyak perasaan yang pernah kita rasain dibanding jumlah rasa yang ada di dunia. Kalau kita berpandangan bahwa hidup ini berakhir gitu aja, maka yang harus kita lakukan adalah sebanyak – banyaknya berbuat. Pada akhirnya hidup ini kita lgwkan dengan trabas kongkol yang penting udah lgwin hal yang banyak.
Oke, sekarang gw kasih ilustrasi lain, senadndainya lu punya paradigama ini. Suatu ketika lu pengen ngerasain giman rasanya di penjara. Singkat cerita, lu bakal coba maling di supermarket dan akhirnya ketangkep polisi. Setelah lewat proses sidang lu dijatuhin hukuman penjara 10 tahun. Dengan mengucap syukur, lu menerima putusan hakin karena harapan masuk penjara terkabul. Selama dalam penjara, lu dapet ilham pengen jadi polisi. Pertanyaannya dengan kondisi terpidana bisa jadi polisi ? KHAYAL !!! Lu udah kehilangan banyak kesempatan lain demi sebuah rasa. Hidup terlalu indah jika habis untuk sebuah rasa.
Mungkin seperti ini gambaran keadaan gw dan kebanyakan orang diantara kita. Kita lebih banyak menghabiskan satu rasa sampai kita lupa/tidak sempat merasakan rasa yang lain. Kita terpenjara dalam sebuah rasa sehingga kita kehilangan kesempatan untuk bertindak.
Sama halnya dengan musik, Mungkin gw atau diantara kita penggemar dangdut. Okelah, dunia tahu kalau lu atau gw adalah pengemar dangdut, namun apakah kita tidak sayang dengan hidup yang ad kita habiskan dengan berdangdut. Semestinya kita menyadari bahwa Tuhan YME telah memberikan keberkahan yakni keanekaragaman. Kadang kita suka nanya, kenapa orang bisa suka ini dan itu yang sebenernya menurut kita aneh. Jawabanya sederhana, karena kita ga tahu gimana rasanya.
Kalau hari ini, kita sedih coba tanyakan berpa banyak rasa senang yang belum kita nikmati .....Andai kita hari ini bahagia bertanya berapa banyak orang yang menangis hari ini. semsetinya kita patut berstukur dalam berbagai keadaan.
Paradigma ini sebenernya bisa dipake asalkan diakhiri dengan kata sebaik – baiknya. Jadi, kalimat itu, takkan cukup waktu untuk menikmati semua rasa senang dan sedih dalam hidup, manusia hanya bisa melakukan sebanyak – banyak yang ia bisa dengan sebaik - baiknya
"Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain" (H.R. Bukhari).
Arrrgh.....kenapa lama – lama ngomongnya jadi serius gini, tidur ah......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H