Sebaliknya, pria harus keluar dan mencari nafkah. Karena itulah pria adalah kaum pemburu, secara harfiah maupun metafor. Pria harus kuat, pembuat keputusan yang baik, senang bersaing, dan bisa memimpin kawanan.
Proses sejenis terus berlangsung seturut perkembangan peradaban dan teknologi, dan sifat-sifat lain terus dikaitkan pada masing-masing jenis kelamin. Konsep gender, yaitu konstruksi sosial atas masing-masing jenis kelamin, masuk pada titik ini.
Hingga pada titik ini, definisi laki-laki dan perempuan tidak lagi dilihat dari apa alat kelamin yang mereka miliki. Pria harus rosa dan anti minuman energi yang rasa-rasa. Real men use three pedals.
Jadi wajar sekali jika Deddy Corbuzier mengeluarkan jurus laki-laki dalam menghadapi masalah ini. Seperti minuman energi yang saya sindir tadi, Deddy berusaha menentukan karakteristik mana yang memenuhi definisi sebagai pria. Penetapan standar ini memang masih digemari oleh sebagian masyarakat kita.
Dan Deddy bukan satu-satunya selebritas yang gemar memainkan simbol ke-laki-laki-an. Figur lain yang juga masuk kategori ini yaitu: Mario Teguh.
Ya, Mario Teguh pun punya bayangan sendiri akan laki-laki ideal. Kriteria itu bisa dilihat dari berbagai petuah Mario selama menjadi motivator ulung. Baca ini dengan suara-logat khas MT: “Dengarkan. Laki-laki yang baik mampu setia, bukan karena tidak adanya pilihan lain, tapi karena sangat tidak laki-laki baginya untuk berkhianat.” Jadi kalau Anda tidak mampu setia, segera cek lagi isi celana Anda dan kalau perlu bikin e-KTP baru.
Akhir kata, seandainya boleh usul, saya ingin sekali bilang ke Mas Deddy (dan mungkin juga ke Pak Mario). Silakan kalau situ berdua berantem, tapi kan tidak perlu sedikit-sedikit merevisi definisi ‘pria’ di Kamus Besar Bahasa Indonesia. Salam laki super.