Lebih jauh, Humas Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Ilmu Komunikasi UAJY, Tina (20), berani menyebutkan bahwa saat ini lebih banyak praktisi PR ternama yang berjenis kelamin laki-laki. "Mahasiswanya memang lebih banyak perempuan. Tapi kalau praktisi yang terkenal, banyak laki-lakinya. Misalnya Pujobroto (humas PT Garuda Indonesia - red)," ujarnya.
Hapus stereotype
Seiring laju perjuangan kesetaraan gender di bawah payung gerakan feminisme, stereotype seksis terhadap profesi hubungan masyarakatpun ada baiknya direduksi, jika tidak dihilangkan. PR tidak lagi mengutamakan penampilan fisik para pelakunya. Sejatinya, orientasi penampilan fisik yang dilekatkan pada perempuan dapat dianggap sebagai perendahan dan obyektifikasi kaum hawa. Dalam kerangka ini, perempuan dipandang secara dangkal sebagai bentukan fisik belaka. Tidak lebih.
Keberadaan stereotype ini sejatinya juga merugikan laki-laki. Setidaknya, bukan tidak mungkin seorang laki-laki akan menghindari profesi PR, meskipun sebenarnya dia menginginkannya. Hanya karena takut dianggap kewanita-wanitaan oleh masyarakat. Bisa saja.
Dan mari membayangkan ketika perbedaan gender tidak lagi menciptakan dikotomi pada masyarakat. Profesi PR menjadi ruang yang terbuka bagi laki-laki maupun perempuan. Peluang akan lebih terbuka lebar bagi siapapun yang meminati bekerja di dunia Humas.
Yang jelas, profesi PR saat ini tidak boleh dipandang sebelah mata, sebagaimana profesi lainnya. PR, masih seperti dunia kerja lain, membutuhkan praktisi yang kompeten dalam skill tertentu. Skill, dan bukan lagi mengutamakan gender tertentu.
Sayangnya, dalam waktu dekat mimpi ini tampaknya sulit untuk terwujud. Dari akar, yaitu dunia perguruan tinggi, masih terbangun persepsi yang salah dalam diri mahasiswa mengenai PR. "Dari calon peminatnya sendiri sudah salah. Mereka banyak yang ingin jadi PR karena suka nge-MC, atau malah ada yang karena ingin terkenal," ujar Tina. "Sudah terlanjur tertanam kesalahan persepsi tentang profesi ini," tambah Tina, menutup pembicaraan kami sore itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H