Mohon tunggu...
Bayuhen
Bayuhen Mohon Tunggu... -

Kita BISA menjadi bangsa besar karena di masa lalu kita MEMANG bangsa yang besar. Bukan hanya tergantung kepada Presiden dan pemerintah, tapi rakyat juga harus punya kemauan untuk itu. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menyatukan visi, BERSATU. Itu kuncinya!

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Vietnam Membuatku Iri

26 April 2016   01:06 Diperbarui: 26 April 2016   01:20 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Vietnam Membuatku Iri…sumpah!!! Bukan karena iri dengan keindahannya. Semua orang Indonesia yang pernah ke Vietnam pastilah setuju pemandangan alam yang terhampar disana mirip dengan apa yang ada di Indonesia, dari mulai sawah-sawahnya (pantes saja sampai Indonesia import beras dari sana yah…), pantai-pantainya yang bahkan kita lebih bervariasi. Tapi entah memang penduduk Vietnam yang lebih sadar akan tourism atau pemerintah sana yang cukup mendukung sektor tourism (saya kira keduanya…). Tapi memang penduduk Vietnam tahu betul bagaimana mengemas sesuatu menjadi lebih menjual, bahkan banyak tour guide disana yang menurut saya lebih kreatif dari orang sini.

Lihat saja kota Hanoi yang memang dasarnya menarik, tapi saya cukup kagum dengan kreatifitas pelaku turisme disana. Dari mulai Hanoi City tour pakai sepeda, muter-muter pakai motor (cuma muter-muter pinggir sawah), hingga food street tour. Apakah Jakarta ada? Apakah di Jogja ada? (Mungkin ada, tapi tak banyak dan itupun tak begitu terdengar gaungnya).

Lihatlah Marble Mountain di kota Da Nang, yang membuat saya kagum justru kemampuan pelaku industri wisata disana yang mampu melihat celah, dibangunlah lift, atau lihat di Perfume Pagoda, untuk menghindari para turis males datang karena harus sedikit trekking, maka disediakan pilihan menggunakan cable car. Apakah di Indonesia ada wisata-wisata pegunungan atau highland yang menyediakan pilihan bagi wisatawan seperti itu? Ini Vietnam lho, bukan Singapore atau Malaysia dan bahkan Thailand (bukan bermaksud menyepelekan Vietnam yaa…) yang jelas lebih matang dalam mengembangkan sektor pariwisatanya.

Jadi tidak heran jika pariwisata di Indonesia menurut saya kurang bisa di maksimalkan. Tuhan sudah begitu baik memberikan keindahan alam (yang banyak diantaranya tak ada duanya). Tapi entah masyarakat Indonesia terlalu berpuas diri atau para pelaku industri pariwisata di sini yang kurang kreatif dan kurang mampu melihat celah. Coba jika spot-spot wisata di Bandung di bangun cable car (baru ada ide aja kemarin sempat dihambat ya kalau ga salah?). Coba di Tawang Mangu ada seperti itu, trus ditata lebih rapi lagi…Bahkan untuk beberapa hal, Kamboja pun lebih backpacker friendly.

Apakah ini salah pemerintah pusat? Menurut saya tidak sepenuhnya lah. Bagi saya, kemauan pemerintah pusat untuk membuka keran bebas visa sudah cukup baik, dan memang harusnya begitu, pemerintah pusat membuka akses agar semakin banyak wisatawan yang datang. Tapi masalahnya pemerintah daerahlah yang harusnya mempercantik daerahnya sendiri, jangan apa-apa minta ke pusat. Yang jadi masalah adalah, pemerintah daerah kurang berpikir maju, terutama untuk masalah wisata.

Pihak masyarakat dan swasta pun juga salah menurut saya, tak ada kreatifitas! Seperti tour guide disana yang saya contohkan tadi. Para pelaku industri pariwisata disana bisa melihat celah yang dapat dimanfaatkan, membuka bicycle tour, food stree tour (padahal food street disini lebih bergam lagi lho…), banyak ditemui hostel-hostel murah ala backpacker bergaya dorm, banyak tersedia sleeper bus yang biasanya menjadi incaran para traveler.

Masalahnya disini segmen itu tidak digarap sama sekali. Mungkin mikirnya “ah…backpacker kan ngeluarin duitnya dikit, mending banyakin resort-resort mewah yang pastinya wisatawan-wisatannya mau ngeluarin duit banyak…”. Jangan remehin para budget traveler. Mungkin mereka kemana-mana cari hostel yang murah, makan di tempat makan murah, kemana-mana naik bis. Tapi semua orang tahu kekuatan marketing ala word of mouth. Dan ingat, justru para backpacker itu biasanya juga seorang travel blogger. Mereka menuliskan pengalaman mereka di blog, forum-forum dan itu sangat masive pengaruhnya. Kalau para wisatwan yang nginep di resort-resort mahal jarang lah yang ngeblog pengalaman mereka, paling-paling cerita ke temen-temen arisannya (ada ya di luar sana arisan gitu???). Tapi kalo para travel blogger itu? Mereka menyebarkan pengalamannya secara viral. Jadi menurut saya harusnya segmen tersebut juga digarap dengan maksimal. Banyakin hostel-hostel yang layak, perbaiki transportasi lokal, benahi tempat-tempat wisata, bikin Indonesia friendly untuk wisata di semua kalangan.

Jika pelaku industri pariwisata dan pemerintah daerah tetap tak memperbaiki diri, percuma aja apapun yang dilakukan pusat ga akan efekti mengangkat pariwisata Indonesia. Sungguh ironis, negeri dengan kekayaan alam seperti in tak dipandang dalam peta pariwisata dunia….(baca dari beberapa travel blog, kebanyakan menyoroti kurangnya informasi dan fasilitas, serta keamanan. Padahal Vietnam yang jelas-jelas terkenal dengan scam masih bisa "menjual diri" kok :D)

Travlg.ID

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun