Target Pemerintah pada akhir 2020 seluruh desa di Indonesia telah teraliri listrik. Cita-cita untuk menerangi seluruh pelosok Indonesia memang sudah sejak lama diwacanakan. Namun realisasinya tehambat berbagai macam hal di lapangan.
Saat ini masih terdapat 433 desa di Indonesia yang belum dapat menikmati listrik dan hidup dalam kegelapan. Wilaya desa-desa itu terpencil dan jauh dari pusat kota. Sebagian ada di daerah perbatasan.
Untuk menegaskan kembali cita-cita itu, baru saja dalam Rapat Terbatas Program Listrik Perdesaan, 3 April 2020 presiden Jokowi telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Salah satunya adalah koordinasi antarkementerian, mengingat kondisi geografis desa-desa yang sangat berat. Pembangunan infrastruktur listrik tak bisa dilaksanakan.
Sasaran Program Listrik Perdesaan sebagian besar berada di Provinsi Papua dan Papua Barat. Wilayah itu ada di tengah hutan dan daerah perbukitan. Akan sangat sulit memanggul tiang menyusuri gunung dan rawa. Oleh sebab itu, harus ada metode lain agar desa-desa terpencil itu segera teraliri listrik.
Program ini tidak semata-mata bertujuan menghadirkan listrik di desa-desa Papua. Lebih juah diharapkan, dengan hadirnya listrik, ekonomi dan produktivitas warga meningkat karena bis abekerja lebih mudah. Anak-anak juga bisa belajar sampai malam hari. Hal itu tentunya akan meningkatkan kualitas pendidikan mereka.
Untuk menyelesaikan pekerjaan besar ini, PLN berinovasi secara non-konvensional. Karena menarik jaringan baru ke desa-desa tersebut akan memakan waktu lama dan biayanya sangat besar. Sangat menyulitkan misalnya menarik tiang-tiang dengan helikopter atau pesawat kecil, lalu memanggulnya menyusuri lembah dan sungai.
Medan di Papua sangat berat. Entah berapa tahun lamanya hal itu bisa diselesaikan. Entah berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mewujudkannya. Di sana itu tidak ada jalan, tidak ada transportasi.
Untuk itu, PLN menggunakan pendekatan spatial optimization dan pattern recognition. Dengan cara itu, bisa memanfaatkan energi setempat. Untuk menyimpannya, PLN berinovasi menggunakan Tabung Listrik atau Talis. Mirip powerbank, tapi bisa untuk menerangi satu rumah, karena Talis ini konsepnya memang power bank berukuran portabel yang bisa ditenteng.
Tabung Listrik itu sendiri merupakan inovasi lanjutan kerja sama PLN dengan lima perguruan tinggi, yaitu UI, ITB, IPB, UGM, dan Universitas Cendrawasih. Tepatnya pada tahun 2019 ketika diluncurkan program "Papua Terang".
Program tersebut melibatkan 500 mahasiswa dari lima perguruan tinggi tersebut. Talis adalah hasil inovasi tahap berikutnya yang dikembangkan dari program tersebut. Dan hasilnya menggembirakan.
Sementara itu, dalam pelaksanaannya, PLN mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Salah satunya TNI. Mengingat sebagian dari desa-desa tersebut berada di titik-titik yang masih rawan, TNI akan berpartisipasi dalam pengamanan pelaksanaannya.
Sedangkan tugas Kementerian Pedesaan, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes&PDTT) dan Pemda di dua provinsi Papua adalah mendukung pengadaan Tabung Listrik-nya. Dengan demikian semua pihak bekerja sesuai kapasitasnya.
Untuk memastikan ketersediaan anggaran, Kemenkeu akan menjadikan Program Listrik Perdesaan masuk dalam penganggaran negara. Kemudian Kementerian BUMN memastikan adanya tatakelola yang baik (Good Corporate Governance) dalam pelaksanaannya. Program ini juga didukung oleh Kantor Staf Presiden, Sekretariat Kabinet, Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian ESDM. Semua pihak bergandeng tangan untuk memberikan keadilan sosial ke seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk membuat daerah-daerah terisolir pelan-pelan mengejar kemajuan. Listrik adalah salah satu kebutuhan vital peradaban modern. Tanpa itu, orang-orang dusun itu akan semakin jauh tertinggal.
Cahaya terang di malam hari hak seluruh rakyat Indonesia. Entah mereka yang ada di pusat kota maupun di daerah terpencil. Namun sejak negara ini merdeka, cita-cita itu belum juga terlaksana. Maka untuk menebus dosa sosial itu, segenap pihak sedang berlomba mewujudkannya.
Bayu Geni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H