Tak ketinggalan pengaruh media sosial secara tidak langsung mendorong sebagian besar orang untuk membandingkan  dengan kehidupan orang lain, sehingga kebutuhan akan validasi semakin meningkat.
Dampak Haus Validasi
Terlalu sering meminta pengakuan bisa membuat hubungan sosial dengan orang di sekitar terasa kurang tulus dalam memberikan apresiasi. Selain itu lawan bicara sering merasa jenuh dan lelah ketika berinteraksi dengan orang yang haus validasi.
Orang yang haus validasi bisa merasa kecewa, cemas, atau bahkan rendah diri ketika pengakuan atas prestasi tidak didapat.
Selain itu orang yang haus validasi biasanya terlalu fokus pada apa yang orang lain pikirkan sehingga membuat  kehilangan jati diri mereka yang sebenarnya.
Cara Mengatasi Haus Validasi
Kenali Sumbernya: Tanyakan pada diri sendiri, mengapa Anda merasa perlu mendapatkan pengakuan? Apakah ada ketidakpuasan atau kekhawatiran yang mendasari?
Belajar Menghargai Diri Sendiri: Cobalah untuk memberikan pujian pada diri sendiri atas apa yang telah dicapai, tanpa mengandalkan orang lain.
Kurangi Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Ingat, setiap orang memiliki perjalanan hidup yang berbeda. Kita tidak berhak menyarankan orang lain untuk mengambil langkah supaya mendapat prestasi yang sama.
Fokus pada Proses, Bukan Hasil: Nikmati setiap langkah yang Anda ambil tanpa terlalu memikirkan bagaimana orang lain melihatnya.
Menemukan Keseimbangan
Bercerita tentang pencapaian memang tidak salah. Bahkan, hal ini bisa menjadi inspirasi bagi orang lain. Namun, alangkah baiknya jika kita melakukannya dengan tulus tanpa menuntut validasi.Â
Cobalah untuk berbagi pengalaman, bukan hanya sekadar pencapaian. Dengan begitu, cerita kita akan menjadi lebih berharga bagi orang lain.
Mencintai Diri Sendiri
Haus validasi bukanlah sesuatu yang tidak bisa diatasi. Dengan kesadaran dan usaha untuk mencintai diri sendiri, kita bisa keluar dari lingkaran ini dan hidup dengan lebih bebas. Karena pada akhirnya, penghargaan terbesar adalah dari diri kita sendiri.