Dalam kehidupan sehari-hari, membantu teman adalah bagian dari nilai kemanusiaan yang kerap kita junjung tinggi.
Namun, apa yang terjadi jika bantuan yang diberikan tak dihargai, bahkan dibalas dengan penolakan? Ini adalah kisah nyata tentang empati, harapan, dan dinamika hubungan antar manusia.
Awal dari Niat Baik
Suatu hari, seorang teman saya bercerita ia diminta bantuan sahabat baiknya untuk berpartisipasi membungkus paket cinderamata pada kegiatan ulang tahun anaknya. Â Sebagai teman yang baik, teman saya menyanggupi permintaan tersebut.Â
Pada hari yang disepakati, teman saya datang ke rumah sahabatnya dan melakukan kegiatan membungkus paket cinderamata yang akan dibagikan saat ulang tahun yang berlangsung dua hari yang akan datang di rumah.Â
Tidak ada sedikit pun keraguan atau keluhan, hanya niat tulus untuk membantu, begitu seperti diceritakan teman kepada saya.
Hari H yang Tak Terduga
Ketika hari ulang tahun anak sahabat teman saya tiba dan berbekal informasi sebelumnya, teman saya datang ke rumah sahabat dengan maksud ikut menghadiri kegiatan ulang tahun anaknya.Â
Namun ternyata sahabatnya memindahkan acara ke sebuah tempat di luar kota. Hal ini diketahui berdasarkan informasi dari tetangga yang rumhnya bersebelahan dimana tadi pagi sempat melihat penghuni rumah mengangkut berbagai peralatan ulang tahun berikut berbungkus-bungkus paket cinderamata.
Secara reflek teman saya mencoba membuat percakapan singkat melalui smartphone dengan sahabatnya untuk menanyakan informasi tersebut. Sayangnya sahabat teman saya hanya membalas singkat bahwa ia tidak menghendaki kehadiran teman saya.
Saya yang mendengar cerita teman saya hanya menghelas nafas sambil berpikir, barangkali ada kesalahan komunikasi yang telah terjadi sebelumnya.Â
Ajaibnya sampai hari ini setelah puluhan kali teman saya berupaya mencoba berkomunikasi melalui pesan percakapan singkat untuk mendapatkan keterangan, nyatanya tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.Â