Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Ketika Misogini dan Seksisme Menjadi Bahan Kampanye untuk Menarik Suara

22 November 2024   23:41 Diperbarui: 23 November 2024   05:24 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesetaraan Gender, Sumber : shutterstock.com/Rawpixel

Perilaku misogini yang menjadikan kebencian terhadap perempuan dengan cara merendahkan berawal dari budaya patriarki.

Budaya patriarki adalah sistem sosial yang menempatkan figur laki-laki sebagai penguasa utama. Jika dalam hubungan rumah tangga maka figur laki-laki menekankan pada superioritas yang berhak mengatur secara dominan pasangan dan anggota keluarga.

Disisi lain seksisme adalah tindakan yang membedakan seseorang berdasarkan jenis kelamin.

Anggapan bahwa perempuan tidak cocok untuk menjadi seorang pemimpin dan perempuan harus tunduk pada laki-laki adalah bentuk seksisme yang berujung pada perilaku seorang misoginis.

Pengaruh Misogini dan Seksisme dalam Kehidupan

Pada dunia kerja perempuan sering kali menghadapi hambatan karier, seperti kesenjangan upah, kurangnya keterwakilan dalam posisi kepemimpinan serta kerap mengalami pelecehan seksual di tempat kerja.

Norma-norma seksisme juga dapat mengekang kebebasan perempuan untuk membuat pilihan seperti mengejar pendidikan atau karier, menikah, atau memiliki anak.  

Sikap memandang rendah perempuan bahkan bisa berujung pada rasa rendah diri dan berakibat trauma khususnya bagi korban pelecehan dan diskriminasi.

Dalam kelompok tertentu, sebagian perempuan mengalami perbedaan akses pendidikan karena dianggap "buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau nanti berujung ada di dapur".

Memperbaiki Cara Pandang Misoginis

Mengubah cara pandang misoginis yang sebagian besar ada pada kaum laki-laki bisa dimulai dari budaya dan pola asuh dalam keluarga. 

Pola asuh keluarga yang mempunyai anak laki-laki setidaknya harus menanamkan pentingnya menghargai kesetaraan gender sejak dini.

Tidak ada perbedaan perlakuan yang diberikan orang tua pada anak laki-laki maupun pada anak perempuan khususnya dalam mengerjakan tugas domestik rumah tangga sederhana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun