Musim kampanye menyambut Pilkada 2024 masih berlangsung seru. Setiap paslon menyampaikan visi misi jika terpilih menjadi pemimpin. Setiap paslon juga berlomba unjuk prestasi berikut tebar janji terhadap program yang akan dikerjakan jika terpilih kelak.
Namun ada paslon yang mempunyai pola pikir memandang rendah terhadap status kesendirian perempuan yang sudah pernah menikah sebelumnya atau yang dilabeli dengan sebutan "janda".
Dalam materi kampanyenya, paslon ini menjadikan status "janda" sebagai bahan objek yang harus dikasihani sehingga harus dinafkahi lahir dan diberikan santunan materi.
Status "janda" ini dijadikan materi kampanye lebih dari satu kali pada waktu berbeda. Peristiwa ini seketika memantik respon kontra khususnya kaum perempuan.
Sebagian besar kaum perempuan bahkan yang menyandang status "janda" mengecam keras peristiwa tersebut. Rasa direndahkan dan dilecehkan menjadi alasan ketidaksetujuan kaum perempuan terkait menjadikan objek status "janda" sebagai bahan materi kampanye paslon tersebut.
Seketika sebutan "Misoginis" disematkan pada paslon tersebut.Â
Apa itu Misoginis?
Misoginis adalah sebutan untuk pelaku yang mempunyai pemikiran memandang rendah terhadap status kesendirian seorang perempuan yang sudah pernah menikah sebelumnya.
Biasanya pemikiran misoginis melibatkan rasa ketidaksukaan dengan menganggap perempuan sebagai pihak yang pantas disudutkan dan dieksploitasi.
Secara terselubung misioginis kerap menjadikan rasa ketidasukaan terhadap perempuan dibalut kata banyolan, candaan, guyonan dan sebagainya namun dengan dasar merendahkan derajat seorang perempuan.
Jika pelakunya disebut Misoginis maka perilakunya disebut Misogini.
Misogini menjadi fenomena dan  sering muncul baik secara terang-terangan maupun terselubung.