Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial.
Kedudukan laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.
Hal ini menyebabkan laki-laki jika sudah berkeluarga  mempunyai otoritas terhadap pasangan atau istri dan anak-anak.
Pengaruh otoritas laki-laki diperkuat lagi dalam tafsira kajian agama yang menyebutkan laki-laki adalah pemimpin dan kepala keluarga dalam sebuah rumah tangga. Segala titah laki-laki wajib hukumnya dituruti oleh anggota keluarga.
Budaya Patriarki
Kiprah laki-laki sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang diciptakan dengan segala keunggulan dan otoritasnya membuat laki-laki menjadi tidak fleksibel ketika sudah memasuki fase menjadi kepala keluarga dalam sebuah ikatan pernikahan.
Hal ini dipengaruhi budaya patriarki yang menempatkan laki - laki ada pada posisi tertinggi dengan tugas sebagai pencari nafkah dan mempunyai tanggung jawab menghidupi keluarganya.
Oleh karena itu didikan keluarga yang menganut budaya patriarki "mengharamkan" laki-laki untuk terampil mengerjakan pekerjaan internal rumah tangga terutama yang dikerjakan perempuan.
Secara umum, budaya patriarki memberikan stigma  bahwa peran ayah sebatas pada aspek finansial. Dengan alasan sibuk bekerja untuk mencukupi kebutuhan finansial keluarga, terkadang kiprah ayah kurang mempunyai peran dalam pengasuhan anak.Â
Secara umum anak-anak yang mempunyai ayah dan menganut budaya patriarki lebih banyak diasuh dalam pengawasan ibu.
Konsekuensi Patriarki
Hilangnya peran ayah dalam pengasuhan anak melahirkan istilah "fatherless society". Akibatnya banyak anak-anak yang tumbuh besar namun kehilangan figur ayah. Hal ini berakibat pada proses pertumubuhan psikis anak yang banyak masalah.
Berdasarkan data sebagian besar anak usia dini di Indonesia hanya diasuh langsung penuh oleh ibu, tanpa keterlibatan figur ayah.