Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Empati pada Korban Perang (Tidak Boleh) Memilih

27 Desember 2023   05:51 Diperbarui: 27 Desember 2023   09:13 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang memberikan pembelaan jika alasan empati yang diberikan pada salah satu pihak korban perang karena jumlahnya lebih banyak. Alasan lainnya korbannya sebagian besar berasal dari penduduk sipil yang tak berdosa termasuk orang tua dan anak-anak.

Selain jumlah yang lebih banyak, pembelaan sepihak diberikan atas dasar hubungan kedekatan dan kesamaan keyakinan. Alhasil empati pada korban perang diberikan untuk salah satu pihak saja.

Empati untuk Semua Korban Perang

Sejatinya empati yang memanusiakan manusia tidak boleh pilih kasih. Jika fokus pada korban perang tak berdosa maka kedua belah pihak korban perang harus diberikan empati yang sama.

Pada banyak kasus perang, yang salah adalah pemimpin negara yang tidak punya sifat kenegarawanan, nir kemanusiaan dan lebih mengedepankan nafsu berkuasa semata. Negara dan rakyat hanya jadi korban keegoisan pemimpinnya saja. 

Penutup

Seperti kata pepatah, "Mau belajar apapun, mau bertindak apapun, sebaiknya belajar dulu memanusiakan manusia yang sesungguhnya".

Karena jika Kita sudah bisa memanusiakan manusia yang sesungguhnya maka empati yang Kita miliki akan berlaku sama untuk semua manusia termasuk korban perang tanpa terkecuali. Salam Damai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun