Pihak yang diperangi tentu tidak tinggal diam. Pihak yang diperangi akan melawan dan angkat senjata meladeni pihak yang mengajak perang. Terjadilah perang dan huru hara tak berkesudahan.Â
Padahal yang akan jadi korban adalah rakyat sipil kedua belah pihak yang tidak tahu apa-apa dan tidak juga dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang perang.
Setelah perang terjadi, mulai ada korban perang yang terus berjatuhan di kedua belah pihak. Â Semakin lama akan korban perang ini akan semakin bertambah banyak jumlahnya.Â
Bisa dibayangkan bagaimana takut dan bingungnya rakyat yang menjadi korban perang akibat kebijakan yang diambil pemimpinnya.
Empati Sesama Manusia
Beruntunglah untuk sebagian masyarakat dunia di belahan tempat lain yang negaranya dalam keadaan damai sentosa. Pemimpinnya serius menjalankan roda pemerintahan negara dan bekerja keras memikirkan rakyatnya.
Seperti Kita yang bisa berkehidupan dan berbangsa serta bernegara secara aman dan damai di negeri tercinta bernama Indonesia.
Namun sebagai manusia yang memiliki nurani dan empati pastinya Kita ikut merasa prihatin melihat korban sipil yang berjatuhan akibat tragedi perang.Â
Kita sebagai manusia yang mempunyai sifat pengasih dan penyayang tidak sampai hati melihat korban sipil berjatuhan akibat peperangan.
Rasa keprihatinan Kita pada korban sipil akibat perang, masuk dalam ranah empati. Pengertian dari empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri sendiri pada posisi orang lain dan merasakan apa yang mereka rasakan.
Apakah Empati (Boleh) Memilih ?
Pertanyaannya apakah empati yang Kita miliki boleh memilih dan memihak sebagian pihak korban akibat perang? Padahal dari kedua belah pihak , sudah berjatuhan korban. Baik korban yang terluka, korban yang kehilangan harta benda sampai korban jiwa.
Jadi kalau empati Kita hanya ditujukan untuk salah satu pihak apakah itu sudah termasuk dalam memanusiakan manusia yang sesungguhnya? Untuk korban perang dipihak lain apakah bukan manusia sehingga tidak diberikan empati juga?