1. Pembayaran Online
Kegiatan jual beli yang menggunakan uang tunai saat ini mengalami perubahan. Uang tunai tidak lagi digunakan secara fisik untuk ditukarkan dengan barang. Nilai uang tunai dapat ditransaksikan melalui aplikasi dalam telepon pintar.
Bahkan pedagang sayuran di pasar tradisional juga sudah familiar dengan cara ini. Banyak pedagang yang menyediakan kode pindai yang dapat digunakan sebagai alat bantu pembayaran melalui telepon pintar. Untuk dapat menggunakan metode pembayaran seperti ini tentu harus terhubung dengan jaringan internet.
2. Pendidikan Daring
Selama pandemi Covid 19, semua jenjang pendidikan dialihkan dalam jaringan. Dibutuhkan kuota jaringan internet supaya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Awal penerapan kegiatan banyak yang mengalami kendala. Baik penggunaan perangkat elektronik, cara mengoperasikan sampai keterbatasan jarngan internet.
Namun seperti kata pepatah, " Alah bisa karena biasa." Saat ini semua personal dalam ranah pendidikan baik siswa maupun pengajar sudah terbiasa berkegiatan belajar mengajar dalam jaringan. Ragam aplikasi pembelajaran yang user friendly banyak dibuat untuk memperlancar kegiatan belajar mengajar.
3. Pelaku Niaga
Kegiatan niaga menjadi salah satu yang bergerak cepat memanfaatkan teknologi informatika. Situasi saat pandemi menjadi pintu gerbang bagi pelaku usaha atau bisnis untuk merubah cara berniaga menjadi dalam jaringan.
Saat ini sudah tak terhitung lagi ragam aplikasi niaga dengan tujuan menarik minat pembelian pelanggan. Mulai dari aplikasi belanja online, aplikasi pembelian makanan siap saji sampai aplikasi pembelian bahan bangunan.
Tak ketinggalan layanan jasa ikut menggunakan ragam aplikasi untuk melayani kebutuhan pelanggan seperti; aplikasi layanan kesehatan, layanan kursus singkat, layanan penyewaan kendaraan sampai layanan jasa kebersihan rumah dan gedung.
4. Wisata Virtual
Umumnya orang berwisata dengan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Namun selama pandemi terdapat pembatasan kegiatan luar ruang. Ruang gerak terbatas tentu saja membuat pelaku perjalanan wisata tidak leluasa bepergian.
Dampak pada pelaku wisata akibat pembatasan kegiatan adalah menurunnya sumber pemasukan. Untuk mengatasi hal ini, beberapa pelaku perjalanan wisata mencoba mengemas layanan wisata menjadi virtual dalam jaringan.
Kemasan wisata virtual yang ditawarkan pada masyarakat menjadi obat untuk mengatasi kerinduan berwisata sekaligus mengusir rasa jenuh akibat pembatasan kegiatan.
Untuk dapat menikmati layanan wisata virtual mutlak dibutuhkan jaringan internet yang memadai. Pengalaman berwisata virtual dengan dukungan jaringan internet yang lancar tentu menjadi pengalaman yang seru dan mengasyikan.