Manusia diciptakan Tuhan semesta alam sebagai mahluk sempurna. Dibekali akal pikiran serta nurani maka sudah seharusnya manusia membagikan sesuatu yang baik dan bermakna.
Santri dan Mempertahankan Kemerdekaan
Sejarah “Hari Santri Nasional” dimaknai sebagai pengingat perjuangan santri ketika mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah masa lalu. Pada waktu itu semua elemen bangsa termasuk santri bergerak bahu membahu mengusir penjajah dari bumi pertiwi.
Semangat santri melawan pasukan penjajah semakin membara ketika "Resolusi Jihad" difatwakan oleh KH Hasyim Asy'ari sebagai pemimpin pesantren. Berangkat dari fatwa tersebut ribuan santri bersama elemen masyarakat lainnya mampu mengusir penjajah dari tanah air.
Santri dan Sosial Budaya
Keseharian santri tidak lepas dari lingkungan sosial budaya tempat dimana santri menempuh pendidikan. Umumnya santri mondok untuk belajar dan bertempat tinggal sementara dalam sebuah pesantren pilihannya. Pesantren tempat santri mondok mempunyai etika pergaulan dari tataran dan kebiasaan perilaku sosial masyarakat setempat.
Jika di tanah Jawa masih terdapat budaya memperingati malam Satu Suro atau peringatan 1 Muharram, biasanya santri yang mondok akan ikut berpartisipasi menyesuaikan kebiasaan masyarakat yang masih berlaku.
Terjadinya akulturasi antara budaya dan nilai spiritual dalam keagamaan membuat seorang santri mempunyai prespektif berpikir luas dan universal. Sehingga hasil akhirnya seorang santri dapat membawa pesan kedamaian dan kemanusiaan dimanapun berada.
Walaupun kita berbeda keimanan namun kita adalah saudara dalam kemanusiaan.
Seperti itu pemahaman yang ditanamkan pada santri berkaitan dengan ruang lingkup sosial budaya.
Cerdas Digital Ala Santri
Era digital dan keterbukaan informasi seperti saat ini membuat semua kalangan dipaksa untuk “melek” teknologi. Tak terkecuali bagi para santri yang harus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.