Mohon tunggu...
Bayu Fitri
Bayu Fitri Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang pengamat hiruk pikuk media sosial dalam hal gaya hidup, finance, traveling, kuliner dan fashion. Tulisan saya bisa dibaca di blog https://bayufitri.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Separuh Nafasku Terbang bersama Dirimu...

13 Oktober 2020   23:45 Diperbarui: 13 Oktober 2020   23:56 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Separuh nafasku..
Terbang bersama dirimu..
Saat kau tinggalkanku ...

Secara lamat-lamat aku mendengar lagu favoritku diputar semakin lama semakin mengecil dan hilang suaranya. 

Hari itu  entah hari keberapa aku terpekur menatap tubuhku yang terbaring tak berdaya. Alat bantu nafas atau ventilator terpasang menutup sebagian wajahku. Tap...kudengar suara pintu terbuka..seorang lelaki paruh baya datang dan menaruh tas kerjanya di atas meja kecil samping tempat tidurku. 

Ia adalah ayahku. Setelah membersihkan diri di kamar mandi ia mengelap tangan dan duduk disamping tempat tidur. Ayahku berguman pelan namun aku dapat mendengar jelas suaranya.

"Halo Aluna, apa kabarmu hari ini?" 

Ayah mengusap rambut dan dahiku seraya menarik nafas dalam.

"Aluna, bangunlah sudah lama kamu tertidur dan itu sangat menyiksa ayah."

Aku yang ada dibelakang punggung ayah mengelus pundaknya. Namun tentu saja ayah tak dapat merasakan.

Aku adalah jiwa Aluna. Sedangkan tubuh yang terbaring ditempat tidur adalah tubuh Aluna. Sebenarnya aku sebagai jiwa sudah bosan hanya bisa luntang lantung mengitari tubuhku sendiri. Sedangkan keberadaan jiwa ini tak dapat terlihat oleh orang pada umumnya. Mereka hanya dapat melihat tubuh Aluna yang terbujur di sana. Sedangkan jiwaku ini bisa melihat semuanya. 

Ayah bangkit dari sisi tempat tidur, mengambil spidol dan membalik kalender, Maret ..

Ah..sudah 3 bulan ternyata tubuh kakuku terbujur di sana. 

Perlahan ayah mengeluarkan smartphone dan memutar lagu kesukaanku...  

Separuh nafasku..
Terbang bersama dirimu..
Saat kau tinggalkanku ...

Salahkah aku..
Bila aku bukanlah..
Seperti aku yang dahulu ..

Aku hanya bisa duduk terpekur mendengar lagu favorit dari Dewa 19 yang diputar ayahku. Ya..benar kata dokter yang merawatku kecelakaan itu telah merengut kesadaranku. Aku mengalami pendarahan otak membuat diriku koma. Operasi pada pendarahan otak  sudah dilakukan. Jantungku masih berdetak normal, hanya saja imbas dari kecelakaan tersebut paru -paru dan otakku jadi tidak dapat merespon dengan baik. Alhasil aku bernafas dibantu ventilator.

Untuk membantu mengembalikan respon tubuhku dokter menyarankan ayah memutar lagu atau musik favorit kesukaanku. Setiap ayah menemaniku di rumah sakit, lagu itulah yang selalu diputar. Sebenarnya jiwaku senang karena aku bisa mendengar lagu itu. Hanya saja aku sebal dengan tubuhku yang tak bisa merespon dan hanya diam terbujur kaku.

Ingatanku melayang jauh ketika hari kepergian ibuku selamanya. Aku kala itu masih kelas satu SMP. Tidak ada tanda - tanda apapun, suatu pagi ibu meninggalkan aku dalam tidurnya. Aku kala itu sedang di kamar mendengar lagu"Separuh nafasku" dari Dewa 19. Ketika ayah berteriak memanggil dan memberitahu kondisi ibu, aku langsung shock tak berdaya. Sejak itu lagu "Separuh nafasku" menjadi lagu favorit. 

Sepeninggal ibu, aku hanya tinggal berdua dengan ayah. Sebagai anak tunggal, aku sangat dijaga dan dipenuhi semua kebutuhan. Ayah seorang pengusaha toko material. Kami tinggal di rumah yang jaraknya hanya sepelemparan batu dengan tempat usaha ayah. Jika ayah sedang mengawasi anak buahnya di toko, maka aku tinggal di rumah seorang sendiri. 

Oya sepeninggal ibu, aku diajarkan ayah menjadi anak mandiri. Kami tidak punya asisten rumah tangga. Semua pekerjaan rumah kami kerjakan secara gotong royong berdua saja. Terkadang aku mencuci baju dan setrika, sedang ayah membersihkan rumah. Untuk urusan makan, ada katering yang menyuplai makanan matang karena sudah berlangganan. Jika bosan menyantap menu katering, ayah akan mengajak aku makan di luar rumah.

Begitulah kami meneruskan kehidupan sepeninggal ibu. Kami seperti kehilangan separuh nafas yaitu ibu. Untuk itu aku dan ayah ingin selalu bersama. Jika kami sedang ada di rumah, lagu "separuh nafas" akan di putar berulang kali untuk kami dengarkan sambil berkegiatan. Entah kenapa syair lagu itu seperti magis yang bisa melepas kerinduan terhadap ibu. 

Coba dengar liriknya...

Separuh nafasku..
Terbang bersama dirimu..
Saat kau tinggalkanku ...

Betapa berartinya nafas bagi seorang manusia. Jika kita mempunyai ikatan kesatuan nafas yang kuat seperti orang tua dan anak, maka saat salah satu berpulang terlebih dulu...menghentikan nafasnya..akan terasa sekali kehilangan separuh nafas. Rasanya untuk melanjutkan sisa nafas sangat berat..karena ada yang hilang... Begitulah lagu tersebut aku memaknainya.

10 tahun sudah ibu pergi. Perasaan kehilangan itu masih sangat terasa. Bagaimana dengan kondisiku yang terbaring kaku di ranjang rumah sakit ini? Semua karena kesalahanku sendiri.

Menjelang malam tahun baru, aku minta izin ayah  pergi keluar rumah untuk melihat pesta kembang api bersama teman - teman. Sebenarnya ayah tidak mengijinkan alasannya takut aku hilang. 

"Haa alasan apa pula itu...?" 

Aku ini sudah dewasa lho sudah bukan anak - anak. Sudah kuliah tingkat 2. Masak ya disamakan dengan anak kecil yang mudah hilang. Hoho..badanku aja segede ini..Ahh ayah suka aneh kalau memberi alasan supaya aku tidak bisa keluar rumah.

Aku sempat merajuk dan tidak mau makan malam saat itu. Melihat sifat keras kepalaku akhirnya ayah dengan berat hati mengijinkan. 

"Yeayee..terima kasih ayah..." aku bergegas merapikan diri dan pamit pada ayah. Segera aku bergabung dengan teman-teman yang sedang menonton pesta kembang api.

Dan kejadian itu datang...

Aku dan teman - teman yang asyik melihat kembang api tak sadar berdiri terlalu  ke tengah jalan raya. Suasana yang hingar bingar membuatku tidak mendengar ketika ada motor melaju kencang tak terkendali ke arah ku. Dan..plasss....seketika tubuhku seperti dihantam benda yang berat. 

Sejak kejadian itu jiwa dan tubuhku langsung terpisah. Jiwaku dapat leluasa berjalan. Sedangkan tubuhku hanya terbujur kaku. 

Sampai pagi itu aku mendengar lagu "separuh nafasku" dengan suara yang sangat jelas.

Tapi heiii...itu kenapa alat ventilator dicabut dan kenapa semua mesin - mesin dimatikan. Dan...hei...kok ada peti..itu tubuhku mau diapakan sih...Wah ayahku menangis sambil memutar lagu "separuh nafasku" ..

"Ya Tuhan apa yang terjadi ?...sebenarnya ada apa ini"...kini jiwaku semakin menjauhi tubuhku...

"Separuh nafasku...terbang bersama dirimu..... "

Hening 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun